Sahabat Spiritual
Yohanes 15:11-17
Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
- Yohanes 15:13
Memiliki seorang sahabat yang mengerti kondisi kita pasti membuat warna hidup lebih menyenangkan. Tidaklah mengherankan kita jadi berusaha mencari siapa yang dapat dijadikan seorang sahabat dalam hidup. Selama proses persahabatan yang terjalin pun, kita mencoba mengasihi sahabat kita dengan tulus. Sikap saling memperhatikan dan saling mengasihi membuat persahabatan terjalin dengan baik dan langgeng.
Konsep kasih philia atau kasih persahabatan merupakan pokok bahasan yang disampaikan dalam Yohanes 15:12-14. Sebagai Allah, sudah selayaknya setiap manusia, termasuk murid-murid-Nya, berada dalam posisi hamba. Hamba tidak boleh duduk semeja dengan tuannya. Hamba hanya boleh melayani tuannya sampai selesai dan baru sesudah itu makan dari sisa tuannya. Namun, konteks dari Yohanes 15 menunjukkan bahwa Tuhan Yesus justru mengajak mereka duduk semeja dengannya (lih. Yoh. 13:2) di dalam perjamuan terakhir.
Dalam konteks inilah, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia tidak menyebut muridmurid-Nya hamba, melainkan sahabat (ay. 15). Mengapa? Sebab Dia memberikan nyawa-Nya bagi mereka (ay. 13). Tubuh-Nya diberikan bagi sahabat-sahabat-Nya bagaikan roti yang dipecah-pecahkan untuk mereka makan.
Sangat menarik bahwa di dalam bahasa Inggris, kata “sahabat” menggunakan kata companion, yang berasal dari perpaduan kata Latin cum, artinya bersama dan panis, artinya roti. Seorang companion, yakni sahabat yang menyertai kita, adalah orang yang duduk semeja dan berbagi roti bersama. Itulah yang Tuhan Yesus lakukan. Dia bahkan melakukan lebih dari itu. Tubuh-Nya, dilambangkan dengan roti itu, diberikan-Nya kepada kita untuk menolong kita menjalani kehidupan. Meski kita tidak lagi melihat-Nya secara fisik, Roh Kudus-Nya akan menemani kita berjalan di tengah dunia yang berdosa.
Bagi kita yang telah menjadi sahabat Tuhan Yesus dengan menerima Roh-Nya, marilah melakukan hal yang sama dengan menjadi sahabat bagi saudara-saudara kita yang lain, terutama saudara-saudara seiman kita. Menjadi sahabat spiritual dan saling berbagi “roti”, yaitu membagikan Injil bersama-sama melalui kesaksian pengalaman hidup kepada orangorang di sekitar ataupun melalui tindakan kasih kepada sesama. Semuanya dilakukan supaya kita dapat memuliakan nama Tuhan Allah kita.
Refleksi Diri:
- Apakah hari ini Anda sudah menjadi sahabat dari Tuhan Yesus Kristus? Bagaimana perasaan Anda menjadi sahabat Yesus?
- Apa yang Anda bisa lakukan bagi sahabat-sahabat Anda wujud berbagi “roti” bersamasama?