Bagikan artikel ini :

Tersungkur di Hadapan-Nya

Markus 5:21-43

Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Markus 5:34

Kisah ini memunculkan beberapa pertanyaan: mengapa Tuhan Yesus bertanya siapa yang telah menjamah diri-Nya, padahal Dia adalah Allah yang Mahatahu? Apakah Yesus sedang pura-pura tidak tahu?
Di zaman itu, diskriminasi sangat kental sekali. Ada pembeda-bedaan strata sosial di dalam masyarakat. Mari kita perhatikan kisah di perikop hari ini. Kita akan menemukan bagaimana Yesus mengubah cara pandang sosial pada masa itu.

Kisahnya diawali dengan kedatangan Yairus, memohon kesembuhan anaknya. Yairus seorang kepala rumah ibadat, yang termasuk kasta tinggi, dihormati, tetapi di hadapan Yesus ia “tersungkur” (ay. 22). Kemudian muncul perempuan yang dua belas tahun sakit pendarahan. Di dalam status sosial masyarakat saat itu, perempuan termasuk kasta kelas dua, apalagi ia sakit pendarahan, di mana kalau sedang berjalan harus mengatakan, “Najis... najis...”. Artinya, perempuan itu adalah orang yang tidak diperhitungkan di lingkungan masyarakat. Perempuan itu diam-diam datang menerobos kerumunan orang banyak lalu berusaha menjamah jubah Yesus, dan akhirnya sembuh (ay. 27-29). Saat banyak orang berbondong-bondong mengikuti-Nya, Yesus bertanya, “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” Pertanyaan ini punya makna yang begitu mendalam. Ketika Yesus bertanya maka perempuan itu ketakutan dan “tersungkur” di hadapan-Nya (ay. 33), lalu berbicara mengakuinya dan Yesus memuji iman perempuan itu (ay. 34). Kita bisa lihat bagaimana Yesus membuat dua orang yang berbeda status, menjadi sama posisinya di hadapan-Nya, yaitu “tersungkur”. Tuhan Yesus bukan hanya menyembuhkan perempuan itu, tetapi mengangkat kembali statusnya secara sosial di masyarakat. Yesus melakukan reformasi cara pandang yang diskriminasi pada masa itu.

Kita bisa melihat kisah ini sebagai pernyataan kuasa Yesus yang mengagumkan. Namun, sebenarnya yang dilakukan-Nya lebih dari itu. Bagi kita yang hidup di dunia yang cukup pelik ini, di mana perbedaan ras, suku, status sosial seringkali muncul, ingatlah di hadapan Tuhan perbedaan itu bisa dibuat “tersungkur” dan sama derajatnya. Jangan membeda-bedakan! Semua makhluk dipandang sama berharganya oleh Tuhan Yesus. Setiap golongan masyarakat diciptakan sebagai maha karya-Nya yang sempurna.

SEMUA MANUSIA DICIPTAKAN SEMPURNA DAN DIPANDANG BAIK OLEH ALLAH.