Bagikan artikel ini :

Tidak Ongkang-Ongkang Kaki

Lukas 24:50-53

Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
- Ibrani 4:14

Apa makna kenaikan Tuhan Yesus? Oh, Tuhan Yesus kembali ke surga, ibarat orang pulang sehabis mission trip. Sebelumnya, Yesus tidak lupa menyuruh murid-murid-Nya untuk juga ikut mission trip, seperti yang Dia sampaikan dalam Matius 28:19-20 dan Kisah Para Rasul 1:8. Sesampainya di surga, Yesus ongkang-ongkang kaki di takhta-Nya menunggu untuk datang kedua kalinya.

Mungkin sekali Anda berpikir demikian. Yang sangat menarik adalah Lukas, yang juga menulis Kisah Para Rasul, tidak menuliskan Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Injilnya melainkan dalam Kisah Para Rasul. Namun, Lukas memberikan sebuah detail menarik yang tidak dituliskan oleh penulis-penulis Injil lainnya, yakni bahwa murid-murid “senantiasa berada di dalam bait Allah dan memuliakan Allah” (ay. 53).

Berani benar mereka melakukan hal demikian?! Tidak tahukah mereka bahwa musuh-musuh Guru mereka, yakni imam-imam kepala yang menyalibkan-Nya, berada di bait Allah? Tidakkah tragedi ini membuat mereka berpikir, ah, sistem keimaman di dalam hukum Taurat pasti sudah ditiadakan karena semua imam ini orang-orang jahat?

Mereka tentunya ingat ketika Sang Guru berkata bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan Taurat melainkan untuk menggenapinya (Mat. 5:17). Jadi, peduli amat kalau imam-imam itu jahat. Tuhan Yesus yang sudah naik ke surga telah menjadi Imam Besar Agung mereka, yang melayani di kemah yang sejati, yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa (Ibr. 8:1-2) untuk bersyafaat bagi mereka. Sistem keimaman masih ada dan Tuhan Yesus-lah Imam Besar kita.

Kenaikan Tuhan Yesus ke surga bukan berarti Dia ongkang-ongkang kaki saja di takhta-Nya sehabis menyelesaikan pekerjaan-Nya di dunia. Sebagaimana kita juga tidak ongkang-ongkang kaki saja sesudah percaya kepada-Nya, melainkan giat bekerja bagi-Nya, demikian pula Yesus di surga menjadi Imam Besar yang tak jemu-jemu membawa doa-doa kita ke hadapan Bapa. Itulah sebabnya kita berdoa di dalam nama Tuhan Yesus.

Sayangnya, “dalam nama Tuhan Yesus” sekadar menjadi embel-embel supaya permintaan-permintaan kita dikabulkan. Ingat, Tuhan Yesus naik ke surga menjadi Imam Besar, bukan masuk ke dalam botol untuk menjadi jin yang mengabulkan semua keinginan kita.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana cara Anda mengisi hidup saat ini? Apakah Anda sudah mengisinya dengan pekerjaan Tuhan?
  • Apakah doa Anda diisi dengan puji syukur dan kemuliaan bagi Tuhan, serta pengakuan dosa? Atau hanya berisi permintaan-permintaan saja?