Bagikan artikel ini :

Tolonglah Yang Berputus Asa

Ibrani 10:19-25

Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
-Ibrani 10:24

Loving Jesus doesn’t always cure anxiety. Loving Jesus doesn’t cure suicidal thoughts. … But that doesn’t mean Jesus doesn’t offer us companionship and comfort. He ALWAYS does that.” Demikian pesan Twitter, Pastor Jarid Wilson, seorang pastor muda dari megachurch Harvest di Amerika Serikat. Wilson meyakini Tuhan Yesus selalu menawarkan penghiburan dan pertolongan. Tapi tragisnya, di usia tiga puluh tahun ia memilih bunuh diri. Berita ini menghebohkan dunia tahun lalu. Pendeta kok bunuh diri?

Alkitab menuliskan sedikitnya enam orang yang bunuh diri: Abimelekh (Hak. 9:54), Saul dan pembawa senjatanya (1Sam. 31:4-6), Ahitofel (2Sam. 17:23), Zimri (1Raj. 16:18), Yudas Iskariot (Mat. 27:5).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada bulan September 2019 melaporkan bahwa di seluruh dunia, setiap empah puluh detik terdapat satu orang meninggal karena bunuh diri. Artinya setiap dua menit ada tiga orang bunuh diri. Angka ini lebih besar dari orang yang meninggal karena perang, kanker atau malaria. Ini hal serius lho!

Alkitab mencatat bunuh orang atau bunuh diri tidak dibenarkan. Tapi hidup ini memang berat dan banyak orang berjuang untuk bertahan hidup tapi akhirnya tak kuat. Orang yang bunuh diri penyebab umumnya karena depresi, tertekan, dan kesepian.

Setiap kita punya masalah, hidup ini kejam itu benar. Seperti di Alkitab, dituliskan Salomo pernah alami tekanan sampai putus asa sehingga ia “membenci hidup” (Pkh. 2:17). Elia pernah sangat takut hingga depresi dan mau mati (1Raj. 19:4). Yunus pernah dikuasai kemarahan dan ia mau mati (Yun. 4:8). Paulus pernah mengalami keputusasaan karena beban yang ditanggungkan begitu besar dan berat, sehingga ia putus asa (2Kor. 1:8). Tapi bunuh diri bukan jalan keluar!

Hidup Anda berat? Saya juga. Sama-sama berat. Saya tidak mau berpolemik, kok begini dan kok begitu? Saya rindu kita bergerak, berdiri, dan peduli akan situasi ini. Jangan menghakimi. Jangan tidak peduli dan sibuk sendiri. Ulurkan tangan, sediakan waktu, dan berikanlah telinga untuk mendengarkan. Mulailah peduli kepada mereka yang berputus asa. Berilah pertolongan!

Refleksi Diri:

  • Apa pendapat Anda melihat fakta-fakta semakin banyak orang yang bunuh diri? Bagaimana dengan padangan Alkitab tentang masalah ini?
  • Apa yang akan Anda lakukan untuk menolong mereka yang sedang sangat berputus asa?