Bagikan artikel ini :

God’s Turning Point (Titik Balik dari Tuhan)

Kisah Para Rasul 15:1-33

|EKSPRESI PRIBADI|

Invasi dalam skala masif yang dilakukan oleh sekutu ke Normandia merupakan momentum yang sangat penting dalam sejarah Perang Dunia Ke-2. Peristiwa yang dikenal sebagai D-Day itu, telah menjadi titik balik yang menentukan hasil Perang Dunia ke-2, khususnya di Eropa. Sejarawan Amerika Stephen E. Ambrose menyebut D-Day sebagai "climatic battle." Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa invasi Sekutu ke Prancis yang diduduki Nazi menimbulkan ancaman langsung ke jantung industri Nazi Jerman. Hasilnya sangatlah signifikan dimana pendulum sejarah berubah arah membalikkan keadaan. Rentetan kemenangan pun bergulir di pihak sekutu memukul telak Jerman hingga akhirnya bertekuk lutut pada tanggal 7 Mei 1945.

Titik balik tidak hanya terjadi pada konteks lingkup yang luas, namun juga dapat terjadi dalam konteks kehidupan kita, dimana melaluinya arah kehidupan berubah secara drastis. Tentu saja pengalaman titik balik yang Anda alami merupakan momentum penting yang tidak akan pernah Anda lupakan. Jika Anda pernah mengalaminya, sharingkanlah dalam CG Anda dan jelaskan apa dampaknya dan sejauhmana hal itu mengubah kehidupan Anda.

|EKSPLORASI FIRMAN|

Kisah Para Rasul Pasal 15 seringkali disebut sebagai salah satu dari titik balik yang penting (the great turning points) dari kitab Kisah Para Rasul. Sama sebagaimana peristiwa pertobatan Paulus maupun Kornelius. Hal ini terkait dengan pelaksanaan sidang di Yerusalem yang diadakan untuk menyelesaikan persoalan doktrinal perihal masuknya orang non-Yahudi ke dalam gereja. Persoalan itu dipicu oleh adanya ajaran dan desakan dari sebagian jemaat Yahudi yang datang ke Antiokhia agar mereka yang berasal dari kalangan non-Yahudi juga disunat serta menjalankan hukum Taurat sebagai syarat keselamatan (ay. 1, bdk. ay. 5). Tentu saja hal ini bukan hanya bertentangan dengan apa yang Paulus dan Barnabas ajarkan (bdk. Gal. 2:4) juga mengandung konsekwensi lain. Jika desakan tersebut di terima gereja maka kekeristenan hanya akan menjadi salah satu dari sekte Yudaisme. Dengan kata lain, keputusan yang dihasillkan dalam sidang tersebut sangatlah penting terhadap arah dan warna kekeristenan yang sesungguhnya. Demikian pula secara teologis kebenaran Injil sedang dipertaruhkan di dalamnya. Setidaknya ada dua hal penting yang dapat kita pelajari dari bagian ini:

  1. Terjaganya Kemurnian Injil

Persoalan yang didiskusikan dalam sidang ini bukanlah perihal mengenai apakah orang-orang non- Yahudi dapat diselamatkan, tetapi bagaimana caranya mereka diselamatkan? Orang-orang percaya yang berlatar belakang Farisi masih memegang teguh pemahaman bahwa keselamatan tidak terlepas dari identitas dan status keyahudian yang ditandai dengan sunat sebagai lambang bagian dari umat Allah. Memang mereka tidak menyangkal bahwa keselamatan adalah karena anugerah Allah. Namun tidak berhenti sampai disitu, bagi mereka keselamatan datang melalui “kasih karunia ditambah…” khususnya “kasih karunia ditambah sunat.” Itulah sebabnya, orang non-Kristen yang bertobat dan percaya wajib menjalani sunat. Tentu saja hal ini bertentangan dengan prinsip dasar keselamatan sebagaimana yang ditegaskan dalam Injil. Penambahan syarat-syarat berupa ritus keagamaan sehingga keselamatan yang hanya diperoleh di dalam iman kepada Kristus akan tergenapi secara sempurna sangatlah berbahaya. Hal ini mengingkari kesempurnaan dan kecukupan karya penebusan Kristus dalam mendamaikan orang percaya dengan Allah. Oleh sebab itu dengan lantang Petrus bersaksi dalam forum tersebut untuk

menegaskan bahwa Allah menghendaki segala bangsa mendengar Injil. Lalu, ia mengakhiri ‘pidatonya’ dengan mengingatkan bahwa semua orang percaya diselamatkan hanya oleh kasih karunia Yesus Kristus (ay. 7-11). Tidak ada ruang bagi kontribusi manusia berupa kesalehan, identitas, kegiatan ritus keagamaan sehingga keselamatan menjadi buah dari kolaborasi pekerjaan Allah dan manusia atau iman plus-plus. Keselamatan adalah murni karena kasih karunia Allah melalui iman di dalam Kristus (Ef. 2:8-9). Prinsip dan pola ini berlaku secara universal dan mutlak bagi setiap orang. Baik Yahudi maupun non-Yahudi, tanpa pembedaan dan pengecualian. Inilah Injil yang murni dan sejati. Tidak dapat tambah ataupun di kurangi./p>

  1. Intervensi Roh Kudus dalam menjalankan misi

Roh Kudus memainkan peran kunci dalam Kisah Para Rasul. Maka tidak heran jika kitab kisah Para Rasul disebut sebagai “Book of the Holy Spirit” atau “Act of The Holy Spirit.” Termasuk pula pada Sidang di Yerusalem terdapat intervensi atau antisipasi Roh Kudus di balik peristiwa tersebut. Bukanlah sebuah kebetulan Roh Kudus mengutus Petrus kepada Kornelius dan turun ke atasnya sebagaimana yang Petrus kotbahkan (Kis. 10-11). Demikian pula, bukanlah sebuah kebetulan, Paulus di panggil untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi dan bagaimana Allah menyatakan tanda dan mukjizat di tengah-tengah mereka (ay. 12). Semua insiden tersebut memiliki benang merah dan sangat dibutuhkan dalam penerimaan orang-orang non Yahudi tanpa dibebani oleh syarat religius apapun ke dalam gereja dan sebagai bagian dari umat Allah. Pada puncaknya hal ini diekspresikan melalui keputusan sidang seperti yang ditegaskan oleh Yakobus dengan mengutip PL (Ams 9:11-12), menunjukkan bahwa bahkan para nabi telah menubuatkan menjangkau orang-orang bukan Yahudi di zaman dahulu (ay. 15-17). Hal ini selaras dan menguatkan apa yang telah ditegaskan oleh Petrus maupun Paulus dan Barnabas (ay. 12). Dan tentunya selaras dengan denyut hati Allah yang menghendaki Injil di beritakan dan terbuka terhadap seluruh bangsa secara inklusif, sebab keselamatan bersifat universal melampaui batasan primordialisme yang sempit. Kita dapat melihat bahwa keputusan formal itupun tidak luput dari partisipasi Roh Kudus yang berkarya di balik layar dalam persidangan tersebut (ay. 28). Tanpa ragu, sidang Yerusalem ini merupakan salah satu momen penting dalam kehidupan gereja mula-mula. Namun, itu bukanlah peristiwa yang terisolasi. Roh Kudus berperan penting dibalik semua itu untuk memastikan dan menegaskan gerakan penyebaran Injil terus berlanjut tanpa hambatan di antara orang-orang non-Yahudi seperti gelombang sentrifugal, yang bergerak makin meluas dan berkembang pesat. Seperti yang sebelumnya Allah titahkan, “… kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8).[DA]

|APLIKASI KEHIDUPAN|

Pendalaman

Apa dan sejauhmana keterlibatan Roh Kudus dalam persidangan di Yerusalem bagi pekabaran Injil?

Penerapan

Bagaimana Anda memanfaatkan dan memaksimalkan setiap kesempatan yang ada untuk menyaksikan Kristus kepada orang yang ada di sekitar Anda?

|SALING MENDOAKAN|

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.