Bagikan artikel ini :

Kebenaran meninggikan derajat bangsa

Amsal 14:33-35

EKSPRESI PRIBADI

Dr. Dorothy I. Marx menulis di dalam bukunya, Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa berkata: "Saya merasa hilangnya kebenaran merupakan problema dunia yang paling besar, bahkan juga merupakan problema Indonesia yang paling berat. Padahal Firman Allah berkata, 'Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa' (Ams 14:34). Setiap bangsa yang mengalpakan atau menyepelekan fakta tersebut (padahal mereka ingin maju dalam pembangunan negaranya; terutama ekonomi dan derajat pendidikannya, dengan memperketat militer serta pengamanannya, meningkatkan efisiensi hukum HAM dan keadilan), harus mengingat, 'tanpa hal yang paling utama yaitu dasar kebenaran dan keadilan,' pasti negara tersebut akan mengalami banyak kekecewaan, frustasi dan kesulitan. Bahkan diperkirakan kesulitan akan meningkat."

Bagaimana pandangan Anda? Apakah Anda juga merasakan kecewa secara pribadi dan berjemaat saat kebenaran hanya sekedar wacana dan malah hilang?

EKSPLORASI FIRMAN

Bangsa Israel pernah dijanjikan kemakmuran dan keistimewaan andai mereka dengan setia mentaati perintah Allah (bdk. Ul 28:1-14). Berkat orang benar memajukan bangsa. Pengaruh baik dan keinginan yang luhur akan kebenaran sepaket dengan kesejahteraannya tentu membawa kehormatan bagi bangsa itu. Sementara dosa menjadi noda bagi bangsa. Seperti bangsa Kanaan terhalau oleh sebab dosa yang fatal (Im 18:24-25), demikian juga kemudian bangsa Israel menerima hukuman yang sama (Ul 28:15-68), ketika pedang tidak akan menyingkir dari keturunannya sampai selamanya. Kebenaran hilang, dosa berkuasa, dan hidup damai hanya menjadi angan-angan saja. Teks kita hari ini menegur kita untuk merenungkan kebenaran dan meyakini kebenaran tersebut sampai pada kebenaran menjadi kenyataan hidup bersama.

1. Kebenaran Menolak Kuasa Dosa

Antara kebenaran dan dosa seringkali merupakan pilihan yang sudah jelas tapi sulit dalam realitanya. Firman Tuhan ini mengingatkan untuk dengan tegas menolak kuasa dosa yang hendak menodai suatu bangsa. Dalam konteks menyongsong Pilpres tahun depan, dosa bisa berbentuk ketidakjujuran, manipulasi, nafsu pada kekuasaan, politik uang, juga penggunaan isu SARA yang berpotensi memecah-belah persatuan. Namun dalam terang kebenaran, dari iman dan kesetiaan pada Tuhan Yesus, kita harus menolak kuasa dosa itu dengan lugas. Patutlah kita mengutamakan nilai-nilai kebenaran demi terciptanya perdamaian, hingga bisa terwujud kehormatan dan kebanggaan sebagai bangsa yang bermartabat. Sungguh bangsa yang hidup benar adalah bangsa yang memiliki derajat tinggi, bangsa yang mulia dan terhormat. Sebaliknya bangsa kita bisa tidak dihargai karena masalah dosa dalam hidup berbangsa dan bernegara seperti yang masih nampak korupsi dan diskriminasi. Kebenaran tentu menolak dosa dan kekuatannya.

2. Kebenaran Memperkokoh Pemerintahan

Belajar dari sejarah Israel, ketika raja Salomo masih taat kepada Tuhan, kerajaannya kokoh dan lancar jaya. Namun saat Salomo meninggalkan Tuhan, kerajaannya kemudian pecah menjadi dua, tidak ada kesatuan dan kedamaian. Raja-raja yang memerintah seterusnya banyak yang hidup tidak benar. Padahal janji TUHAN mengenai keluarga dan kerajaan Daud: "akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku" (2 Sam 7:16).

Seorang pemimpin yang melakukan kebenaran, pemerintahannya akan kokoh (Ams 16:12). Setiap bangsa merindukan pemimpin yang benar, juga pemimpin yang bekerja keras untuk selalu mengusahakan kesejahteraan rakyat. Pemimpin yang benar tidak memikirkan kepentingan diri atau golongannya. Amsal memang suka membandingkan orang yang bijak dengan orang yang bodoh (bukan secara ilmu tapi hati yang bebal). Bebal berarti sudah tumpul terhadap kebenaran. Banyak tokoh politik adalah orang-orang terhormat dan berilmu, tetapi ironisnya ada oknum yang meremehkan dan bahkan memutarbalikkan kebenaran. Bukankah dari awal kitab Amsal merumuskan "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" (Ams 1:7).

3. Kebenaran Menumbuhkan Damai Sejahtera

Kita orang percaya, baik dalam lingkup besar maupun kecil harus menjaga kebenaran. Di tengah masyarakat, kebenaran erat kaitannya dengan kesejahteraan. Nabi Yesaya pernah mengingatkan, "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran adalah ketenangan dan ketenteraman." (Yes 32:17). Kebenaran yang semu hanya sebatas dalam gereja atau terbatas di tempat ibadah saja, dan tidak ada karya nyata di tengah masyarakat. Orang bebal mungkin berpikir bahwa segala tipu dayanya bisa dikompensasi dengan segala kesantunan yang dilakukannya. Mereka bisa berpandangan bahwa dengan segala ketaatan kepada kewajiban agamanya dapat berkenan kepada Tuhan. Pengakuan dosa Daud, "Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diamEngkau memberitahukan hikmat kepadaku" (Mzm 51:8). Sungguh tragis kalau di dalam kebebalan, kesombongan menguasainya. Kita butuh menumbuhkan dan mengembangkan kebenaran yang berdampak dalam jemaat dan masyarakat yang tenang dan tentram.

Menjadi harapan dan doa kita, agar Tuhan membangkitkan orang-orang benar di bangsa kita. Firman Tuhan berkata: "Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat. Tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluhkesahlah rakyat " (Ams 29:2). Kita perlu berdoa agar Tuhan membangkitkan suatu generasi yang takut akan Tuhan, yakni angkatan orang benar yang bersih tangannya dan yang murni hatinya. Inilah suatu generasi yang mencari wajah-Nya yang bisa lahir di kampus-kampus, di instansi-instansi pemerintah, di sektor-sektor usaha bisnis dan perdagangan, juga di sektor seni dan dunia hiburan. Seorang orator ulung pernah berujar: "Saya telah belajar bahwa kekuatan suatu bangsa terletak di dalam kehidupan rakyatnya yang benar. Di dalam keluarga Kristen, dan para ayah yang berdoa."

APLIKASI KEHIDUPAN

PENDALAMAN

Seorang tokoh politik yang mengadili Yesus pernah bertanya: "Apakah kebenaran itu?" (Yoh 18:38a). Menurut Anda, apa maksud Pilatus menanyakan hal itu?

PENERAPAN

Tidak dipungkiri lagi bahwa wacana kebenaran menjadi semakin kabur dari hari ke hari, dan justru soal tentang ketidakbenaran yang banyak dipertontonkan dari waktu ke waktu; lalu bagaimana kita sebagai orang percaya bertutur kata, bersikap dan bertindak?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain