Bagikan artikel ini :

Living in True Worship & Offering (Menghidupi Penyembahan & Persembahan yang Benar)

Roma 13:1-14

EKSPRESI PRIBADI

Apakah selama ini kita benar-benar hadir di tengah komunitas masyarakat? Atau jangan-jangan selama ini kita sekadar berada. Jelas hadir dan berada dua cara berada yang berbeda. Hadir lebih dari sekadar berada. Hadir berarti kita menjadi bagian di dalamnya, dan bukan sekadar ada di dalamnya. Kita tidak akan pernah asyik dengan urusan diri kita sendiri dan menutup pintu terhadap relasi dan kepentingan orang lain. Melainkan, keberadaan kita dirasakan, berdampak dan menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Tentu saja, panggilan kita sebagai warga negara Indonesia harus “hadir” dan bukan sekadar berada, menjadi bagian dan bukan sekadar ada di Indonesia. Diskusikan dalam Care Group, sejauhmana Anda hadir di tengah komunitas dimana kita ada di dalamnya? Sejauhmana kehadiran Anda selama ini?

EKSPLORASI FIRMAN

Paulus menegaskan bahwa ibadah yang sejati tidak dapat dipersempit menjadi sekadar ritual keagamaan dalam bentuk aktivitas rohani tertentu. Ibadah sesungguhnya melibatkan seluruh hidup yang dipersembahkan kepada Allah sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Itulah ibadah yang sejati (Rm 12:1). Dimana pun kita berada dan dalam relasi dengan siapapun, kita harus menampilkan kehidupan yang dipersembahkan kepada Allah. Termasuk ketika kita berada di ruang publik dan menjalani peran sebagai warga negara Indonesia. Bagaimana kita hadir dan berdampak melalui kehidupan kita yang dipersembahkan kepada Allah.

Hidup Tunduk Terhadap Otoritas sebagai Ibadah (ay. 1-7)

Paulus menegaskan bahwa sikap tunduk dan hormat kepada otoritas yang lebih tinggi adalah ibadah. Dalam hal ini adalah pemerintah. Alasannya jelas, sebab Tuhanlah yang memberikan otoritas itu kepada mereka “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.” (ay. 1). Otoritas pemerintah berasal dari otoritas Allah. Itu artinya pemerintah ada di bawah kedaulatan Allah. Ketundukan kita kepada pemerintah didasarkan pada ketundukan kita secara mutlak kepada Allah. Dengan demikian, ketundukan kita kepada pemerintah berurusan dengan Allah. Sebab bagaimanapun, pemerintah adalah hamba Allah. Ia diberikan otoritas untuk mengemban amanah Allah menjadi alat-Nya dalam menegakkan keadilan dan membalas serta memberantas kejahatan (ay. 4). Itu artinya, pemerintah ditetapkan oleh Allah untuk mendatangkan kebaikan bersama. Meskipun tidak ada satupun pemerintah yang sempurna, perintah ketundukan tidak menjadi luntur dan berganti dengan sikap sebaliknya. Sebab ketundukan kita didasarkan bukan karena pemerintah telah sempurna, tetapi karena kita tunduk kepada Allah yang sempurna. Tetap, prinsip yang kita pegang adalah kita lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia (Kis 5:29).

Kita dipanggil untuk menjadi warga negara yang baik, yang kita tunjukan lewat sikap tunduk kepada pemerintah (ay. 3). Saat kita tunduk kepadanya, kita sedang mencerminkan kualitas hidup yang benar, yaitu hidup yang layak dipersembahkan kepada Allah. Itulah ibadah sejati! Sikap tunduk itu bisa kita ungkapkan melalui komitmen mendoakan para pemimpin dari tingkat nasional sampai tingkat daerah, ketaatan mematuhi segala peraturan dan hukum yang berlaku, membayar pajak dengan sukarela sebagaimana ketentuan yang berlaku.

Hidup Mengasihi Sesama Lebih dari sekadar kewajiban (ay. 8-10)

Kita harus menampilkan hidup sebagai Christian Citizen (warga kerajaan Allah-Flp 3:20) di ruang publik. Kehidupan yang ditandai dengan mempraktikan kasih kepada sesama. Soal ini, Paulus mengungkapkannya dengan penekanan yang sangat kuat, “Jangan ada lagi utang yang belum dilunasi, kecuali utang untuk saling mengasihi, sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.” (NIV, ay. 8) Setiap orang percaya memiliki hutang kasih kepada siapapun secara inklusif, tanpa terkecuali. Mengenai ayat ini, Origen mengatakan “Jadi Paulus menginginkan agar utang kasih kita tetap ada dan tidak pernah berhenti menjadi utang, karena sangatlah penting bagi kita untuk membayar utang ini dan selalu berutang.” Hutang kasih tidak akan pernah bisa terlunasi secara penuh. Kita akan selalu menjadi debitur kasih (a love debtor), yang terikat seumur hidup mencicil hutang itu setiap hari dengan mengaplikasikan kasih dalam keseharian kita melalui tindakan konkrit. Ingat bahwa kita tidak akan pernah bisa menjadi warga Kristen yang baik tanpa hidup mengasihi sesama. Sebagaimana yang dikatakan oleh D.L Moody, ‘A man may be a good doctor without loving his patients; a good lawyer without loving his clients; a good geologist without loving science; but he cannot be a good Christian without love.” Kasih harus menjadi karakter, akar, motif, daya dorong, apapun yang kita lakukan.

 

Hidup dalam Terang untuk Menghadirkan Kristus (ay. 11-14)

Paulus menutup bagian ini dengan dorongan untuk hidup dalam terang dan menjauhi perbuatan kegelapan. Boleh dikata ini adalah semacam wake up call atau urgent call. Sekarang dan bukan nanti, kita harus bangun dari tidur kita, sebab malam sudah lewat. Artinya waktu untuk hidup dalam kegelapan telah berlalu dan kita harus tinggalkan serta tanggalkan semuanya itu. Sekarang sudah siang, kita harus bangun, sebab tiba saatnya kita mengenakan perlengkapan senjata terang, yaitu mengenakan Tuhan Yesus Kristus (ay. 12, 14). Kita harus menunjukkan “karakter Kristus” melalui hidup kita. Inilah hidup dalam terang. Kita memantulkan Kristus, Sang Terang Sejati melalui kehidupan yang merupa Kristus. Inilah hidup yang dipersembahkan kepada Allah yaitu hidup menghadirkan Kristus di tengah dunia yang makin larut dalam kegelapannya. Hal itu tercermin melalui kesabaran kita menghadapi badai kehidupan, kerendahan hati kita, kemurahan hati kita yang menjadi berkat bagi sesama, keunggulan hidup kita yang dinyatakan melalui kinerja yang excellent, dan karakter baik lainnya yang mencerminkan Kristus. Dengan gaya hidup demikian kita tidak sekadar menampilkan teladan hidup, melainkan sedang menghadirkan shalom atau cicipan Kerajaan Allah dalam realita di tengah lingkungan dimana kita berada melalui “hadirnya” hidup kita yang sedang menghidupi penyembahan yang benar kepada Allah (Yer. 29:7a). [DA]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apa kaitan antara ibadah sejati dengan ketundukan terhadap pemerintah?

Penerapan

Tindakan konkrit apa yang Anda dapat lakukan untuk menjadi warga negara yang baik dan berdampak bagi Indonesia?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.