Bagikan artikel ini :

God Loving, God Fearing (Mengasihi Allah, Takut Akan Allah)

Roma 11:11-24

EKSPRESI PRIBADI

Momen dalam hidup saya yang membuat saya takjub dengan kasih Allah adalah ketika momen saya menerima baptisan. Pendeta yang membaptis mengingatkan bahwa baptisan merupakan simbol bahwa manusia lama telah mati dengan dosa dan manusia baru telah datang dalam karya penebusan Yesus. Momen tersebut membuat saya sadar betapa besar anugerah Allah bagi orang berdosa seperti saya yang akhirnya mengingatkan saya untuk menjaga hidup kudus dan dekat kepada-Nya. Momen apa dalam kehidupan Anda yang menjadi titik Anda memutuskan mengikut Allah dengan sepenuhnya? Bagikan kepada anggota CG Anda.

Setelah kita merenungkan pengalaman pribadi kita dengan kasih Allah dan momen ketika kita memutuskan untuk sepenuhnya mengikut-Nya; mari kita sekarang mengalihkan perhatian kita pada kata-kata Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Ia membahas tema-tema serupa tentang kasih Allah dan respons kita terhadap-Nya, khususnya dalam konteks hubungan antara orang percaya Yahudi dan non-Yahudi. Kita akan melihat bagaimana ajaran Paulus dapat memperdalam pemahaman kita tentang mengasihi Allah dan hidup dalam takut akan Dia.

EKSPLORASI FIRMAN

Rasul Paulus berusaha menjelaskan kepada orang-orang non-Yahudi bahwa firman Allah tidak akan gagal, termasuk rencana-Nya menjadikan Israel saluran berkat bagi bangsa-bangsa. Identitas orang Israel adalah keturunan Abraham yang membawa janji berkat Allah bagi bangsa-bangsa (Kej. 22:18), yaitu keselamatan dari dosa. Mereka yang seharusnya menjadi perpanjangan tangan Allah untuk menerima keselamatan di dalam Yesus Kristus dan mengabarkannya bagi orang-orang di dunia. Namun, penolakan pertama kepada Yesus muncul dari orang Israel sehingga berkat keselamatan tersebut lebih banyak diterima orang-orang non-Israel.

Rasul Paulus tetap berpegang teguh bahwa kondisi ini bukanlah akhir karena Allah tetap memiliki rencana keselamatan bagi bangsa Israel. Allah memang menggunakan ketidakpercayaan bangsa Israel untuk menyebarluaskan Injil bagi orang non-Israel, tetapi hal itu nanti dipakai oleh-Nya untuk menarik Israel kembali kepada-Nya (ay.11-12, 14). Rasul Paulus ingin mengingatkan kepada orang Kristen tentang realita menghidupi keselamatan di dalam Kristus Yesus.

Kesombongan Rohani: Berbangga Diri

Realita pertama yang menjadi dasar menghidupi keselamatan adalah dengan menjaga hati dari kesombongan Rohani. Orang non-Israel yang diselamatkan dapat saja merasa lebih berharga dari pada orang Israel yang tidak percaya dan tidak menerima keselamatan. Namun, rasul Paulus kembali mengingatkan bahwa keselamatan tetap berasal dari bangsa Israel, meski ada cabang-cabang yang telah patah (tidak percaya) sehingga ada cabang-cabang liar yang dicangkokkan (ay. 17-19). Ia kembali mengingatkan “janganlah sombong, tetapi takutlah” (ay. 20)

Kesombongan rohani dapat muncul dalam rupa berbangga diri karena telah berada di dalam Yesus Kristus. Orang Kristen tidak boleh bangga pada diri karena keselamatan didapat hanya karena anugerah melalui iman kepada Yesus Kristus (Ef. 2:8-9). Memang di dalam Yesus ada namanya damai sejahtera, tetapi damai tersebut merupakan bahan bakar untuk berkarya bagi Tuhan. Dalam konteks Roma 11:11-24 ini rasul Paulus ingin orang non-Yahudi yang sudah diselamatkan tidak merasa diri begitu penting hingga Allah seperti membuang orang Israel agar mereka “dicangkokkan” ke dalam keturunan Abraham. Bagaimana rupa kesombongan rohani dalam konteks kehidupan di sekitar Anda? Mari bagikan kepada anggota CG Anda.

Panggilan Hidup Kudus: Mengasihi yang Allah Kasihi

Realita kedua tentang kehidupan dalam keselamatan adalah belajar mengasihi yang Allah kasihi. Rasul Paulus dengan jelas dan tegas menekankan bahwa ketika orang non-Israel diselamatkan bukan berarti Allah tidak mengasihi orang Israel. Allah tetap mengasihi orang Israel, salah satunya Paulus dan juga orang-orang Israel yang terpilih untuk percaya kepada Yesus Kristus (Rm. 11:7).

Rasul Paulus dengan halus menekankan hal ini dengan menggunakan dua perumpamaan yang menunjukkan Allah tetap mengasihi orang Israel. Gambaran pertama adalah “adonan” yang merujuk kepada bangsa Israel dalam kitab Taurat (ay. 16; Bil. 15:17-21; Kel. 25:3). Gambaran kedua adalah “akar pohon zaitun” yang dalam literatur Israel pada zaman itu menunjuk kepada Abraham, Ishak, dan Yakub (ay. 17). Rasul Paulus menunjukkan bahwa orang Israel tetap mendapat perhatian Allah dan harapan yang terkandung dalam janji berkat dari para nenek moyang belum hilang. Ia mengajak orang Kristen non-Israel yang mulai lebih banyak dari orang Kristen Israel di kota Roma untuk mengasihi yang Allah kasihi, yaitu orang Israel. Apakah panggilan dari rasul Paulus ini tetap relevan dalam hidup kekristenan Anda? Bagikanlah kepada anggota CG Anda.

Panggilan Hidup Kudus: Hidup Takut akan Allah

Realita ketiga dalam menghidupi keselamatan adalah hidup takut akan Allah. Rasul Paulus terus menekankan bahwa keselamatan dalam Yesus bukan berarti izin untuk hidup bebas semaunya, melainkan bebas untuk bertobat dari jalan yang salah dan kembali kepada Allah. Hal inilah yang Ia tuliskan dengan tegas kepada orang Kristen di Roma dalam ayat 22, bahwa Allah adalah Allah yang bermurah hati, tidak bermain-main dengan dosa. Ia memang menuliskan bahwa “Jika tidak, engkau pun akan dipotong juga.” (ay. 22) Hal ini bukan berarti keselamatan dapat hilang, tetapi merupakan suatu ajakan untuk menghidupi keselamatan itu. Rasul Yakobus pun menuliskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:18). Iman yang membawa keselamatan haruslah juga ditunjukkan dengan pertobatan terus menerus dalam komitmen untuk hidup kudus. Apakah Anda masih hidup takut akan Allah dengan menjaga perbuatan sesuai dengan imanmu? Bagikan dengan anggota CG Anda.

Panggilan Hidup Kudus: Langkah Selanjutnya

Sahabat, anugerah keselamatan dari Allah dalam Kristus Yesus memang luar biasa! Orang yang percaya kepada-Nya, dosa-dosanya akan dihapuskan dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Namun, kehidupan dalam keselamatan tidak berhenti ketika kita dibenarkan, justru hal itu merupakan awal dari perjalanan pengudusan untuk makin serupa dengan Yesus. Itulah yang kita sebut hidup dalam kekudusan, yaitu dengan mengasihi Allah dan juga takut kepada-Nya. Apakah Anda merasa susah untuk menghidupinya? Mintalah bantuan kepada anggota CG Anda untuk saling menjaga karena mereka adalah rekan seperjalanan dalam pengudusan makin serupa dengan Yesus.   [JP]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Bagaimana mengasihi Allah merupakan bagian dari takut akan Allah?

Penerapan

Komitmen apa yang mau Anda ambil untuk menjaga kekudusan hidup sebagai umat Allah yang kudus?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.