Bagikan artikel ini :

Tidak Pernah Sia-sia (Never Be In Vain)

1 Korintus 15:12-34

BAHAN CARE GROUP

Curt Richter seorang universitas asal John Hopkins melakukan eksperimen dengan dua ekor tikus. Tikus pertama dicemplungkan ke sebuah bak tertutup yang telah diisi dengan air hangat untuk dipantau reaksinya. Karena pintar berenang, baru setelah 60 jam tikus ini tenggelam kelelahan. Berbeda dengan tikus kedua. Tikus ini terlebih dahulu digenggam dengan erat-erat selama beberapa menit sampai ia berhenti menggeliat dan menyerah. Lalu diceburkan ke air. Reaksinya berbeda. Ia tidak berusaha keras untuk tetap terapung, tetapi membiarkan dirinya tenggelam dan mati. Dari kedua tikus tersebut menurut Anda mana yang bereaksi secara tepat? Tentu tikus kedua. Tikus pertama melakukan hal yang sia-sia untuk sebuah kehidupan yang sia-sia. Untuk apa berjuang, untuk apa bersusah payah dan banyak memboroskan energi, toh akhirnya sama saja yaitu kematian. Betapa ruginya berjuang hanya untuk sebuah kesia-siaan! Hidup tiada harapan adalah kehidupan yang tidak pernah layak untuk diperjuangkan. Semuanya menjadi sia-sia. Apakah Anda setuju dengan pendapat tersebut? Diskusikan dalam Care Group Anda

EKSPLORASI FIRMAN

Paulus mengungkapkan dengan sangat lugas dan tegas betapa pentingnya kebangkitan Kristus sebagai inti pemberitaannya (ay. 1). Kepastiannya sangat menentukan nilai dan berharganya hidup yang kita nafasi sebagai orang yang menaruh iman kepada Kristus. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Jaroslav Pelikan “If Christ is risen, nothing else matters. And if Christ is not risen—nothing else matter.” Pernyataan ini meringkas maksud Paulus dalam 1 Korintus 15 bahwa seluruh kehidupan kita terpusat dan bergantung penuh pada realita kebangkitan Kristus. Kita tidak bisa menapik dan melarikan diri dari kenyataan itu. Sebagaimana yang Paulus utarakan berupa pengandaian imajinernya, “jika” Kristus tidak pernah bangkit, konsekwensinya lebih mengerikan dari apa yang bisa kita bayangkan. Akibatnya, bukan sekadar kita menjadi korban hoax tetapi membuat hidup kehilangan bobot maknanya dan tidak pernah layak untuk dihidupi. Sebab hidup akan berakhir dalam kematian dan membusuk. Masalah tidak berhenti sampai di situ, di ayat 18 dikatakan “demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus,” sebagai konsekwensi logis kita masih berada di dalam dosa (ay. 17). Paulus menyebut keadaan demikian sebagai “orang-orang yang paling malang dari segala manusia” (ay. 9). Kita adalah orang paling sengsara (miserable) di dunia ini. Tidak akan ada apa-apa selain kematian yang dinanti-nantikannya. Hidup demikian sesungguhnya kehilangan hidup itu sendiri (lifeless) alias habis dan tidak memiliki apapun lagi. Itu berarti hidup Kristiani akan menjadi sebuah kisah tragis dan lelucon yang paling menyedihkan.

Tetapi fakta sebenarnya adalah bahwa “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati,…” (ay. 20). Tidak ada kemungkinan lain. Dalam hal ini Paulus tidak sedang berspekulasi. Sebab ia sendiri adalah bagian dari saksi mata dimana Yesus yang telah bangkit menampakan Diri kepadanya (ay. 8). Dampaknya, hidup menjadi berbeda secara radikal. Penuh dengan pengharapan dan makna. Hidup yang dinafasi dalam iman kepada Kristus yang bangkit tidak akan pernah sia-sia.

Optimis menatap hari esok sekalipun berada dalam situasi sulit

Apa yang membuat hidup optimis bukan karena keadaan berubah menjadi ideal. Steril dari persoalan. Bebas dari sengat penderitaan. Sebaliknya keadaan tetaplah sama. Kita harus melewati jalan kehidupan yang dinamis. Bedanya kita optimis menghadapinya. Sebab kita hidup untuk hidup. Bukan hidup untuk mati. Sebab maut telah ditelan dalam kematiannya (ay. 54-57). Meminjam bahasa yang digunakan oleh Juergen Moltman, kematian Yesus di Kalvari bukanlah kematian Allah (the death of God) melainkan kematian di dalam Allah (the death in God). Artinya, kematian direngkuh sepenuhnya dalam kematian-Nya dan dikalahkan oleh kebangkitan-Nya. Gantinya, kita yang menaruh iman kepada Kristus yang bangkit memiliki jaminan hidup kekal (Yoh 11:25) yang ditandai dengan kebangkitan tubuh secara eskatologis. Kita akan mengalami pengalaman serupa sebagaimana Kristus mengalami kebangkitan tubuh (Yoh 4;1,2; 6:44; 1 Tes 4:16; 2 Kor 4:14). Sebab kebangkitan Kristus sebagai yang sulung (the first fruit), menjadi pola dan jaminan bagi setiap orang yang dipersekutukan dengan-Nya, akan dibangkitkan kelak (ay. 20, 22-23). Pendek kata, kematian bukan titik akhir dari kehidupan. Sungguh dengan kita hidup untuk hidup maka semua langkah kehidupan yang kita jalani tidak akan pernah sia-sia. Hidup demikian layak untuk diperjuangkan. Situasi yang paling kelam sekalipun, yang dapat terjadi tidak akan pernah merusak rasa optimis dan membuat hidup kehilangan maknya. Sebab, segala penderitaan, kekecewaan, kesedihan, pahitnya hidup dan situasi terburuk yang berpotensi terjadi tidaklah bersifat permanen. Semuanya akan berakhir, cepat atau lambat.

Antusias memberitakan Kristus yang telah bangkit walau banyak tantangan

Fakta bahwa Kristus bangkit mengonfirmasi pemberitaan Injil tidak akan pernah sia-sia. Injil akan selalu menjadi kabar baik. Sebab hanya melalui kebangkitan Kristus, dosa dan maut dosa ditaklukan, dan manusiapun terselamatkan dari semua itu. Kebangkitan Kristus menjadi jalan yang dapat membawa manusia kepada kemenangan hakiki. Tidaklah berlebihan jika berita Injil menjadi satu-satunya berita yang paling dibutuhkan oleh setiap orang yang bertelinga. Untuk itulah, Injil harus diproklamasikan kepada setiap insan dan dalam setiap kesempatan yang ada. Setiap perjuangan dan jerih lelah dalam setiap langkah pemberitaan Injil tidak akan pernah sia-sia. Justru sebaliknya, kehidupan yang pasif dan egois tanpa pernah peduli membagikan Injil adalah kehidupan yang kehilangan makna.

Pemberitaan Injil selalu layak untuk diperjuangkan. Sebab tidak ada solusi yang dapat membawa manusia mengalami kemenangan atas kesia-siaan hidup di dalam dosa, selain lewat kematian dan kebangkitan Kristus. Kebangkitan Kristus menjadi antitesis dari kesia-siaan. Maka, hidup tanpa mengalami kuasa kebangkitan Kristus, akan tenggelam dalam kesia-siaan. Apakah Anda tega menyaksikan orang yang dikasihi hidup dalam kehampaan tanpa pengharapan seperti demikian? Saat ini dan bukan besok atau nanti menjadi waktu yang terbaik untuk memberitakan Injil! Sebab ‘the Gospel is too good not to share!’ [DA]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Kebangkitan Yesus Kristus adalah batu penjuru dasar dari semua iman Kristen dan merupakan pengharapan dari seluruh sejarah umat manusia.Jika tidak ada kebangkitan, tidak ada yang diharapkan. Seberapa penting pernyataan tersebut bagi Anda ? Ungkapkan alasannya !

Penerapan

Langkah konkrit apa yang dapat Anda lakukan untuk memberitakan Injil ?

SALING MENDOAKAN

Akhirilah Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.