Bagikan artikel ini :

Bagian Allah, Bagian Manusia

1 Samuel 30:1-20

Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.
- 1 Samuel 30:6b

Berkali-kali Daud menghadapi krisis. Kali ini, ia kembali menghadapi masalah besar. Pertama, Daud menghadapi kenyataan pahit: serangan balik dari orang Amalek. Dulu Daud pernah menyerang mereka dan sekarang mereka menyerang balik (1Sam. 27:8). Orang-orang yang dikasihi serta harta-bendanya dirampas. Istri dan anak-anaknya ditawan. Kedua, Daud menghadapi krisis kepemimpinan. Pengikutnya menyalahkan ia dan hampir melemparinya dengan batu. Daud dianggap bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Tak mudah menghadapi orang-orang yang sedang sedih dan marah.

Bagaimana Daud menghadapi masalah ini? Kuncinya ada pada ayat 6. Dikatakan, “Dan Daud sangat terjepit.” Ungkapan yang sama digunakan oleh Saul (1Sam. 28:15). Keduanya menghadapi situasi berat. Namun, keduanya merespons dengan cara yang berbeda. Saul mencari pertolongan dari pemanggil arwah. Dalam keputusasaannya, Saul tidak melihat sumber pertolongan yang utama, yaitu Allah. Berkebalikan dengan Daud, responsnya adalah “menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.” (ay. 6b). Daud tak sedikit pun ragu dan goyah akan sumber kekuatan dan pertolongannya. Daud benar-benar berpaut kepada Allah.

Keterpautan Daud kepada Allah ditunjukkan dengan tindakan mencari kehendak Tuhan (ay. 8). Tuhan berkenan menyatakan kehendak-Nya dan menjanjikan keberhasilan baginya. Langkah selanjutnya adalah Daud bersama-sama enam ratus orang mengusahakan misi penyelamatan. Sikap Daud ini mengingatkan kita pada pernyataan Rasul Paulus dalam Filipi 2:12-13, “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu … karena Allahlah yang mengerjakan …” Bagi Daud, menguatkan kepercayaan kepada Tuhan berarti bersandar sepenuhnya pada Allah yang aktif bekerja, tetapi pada saat yang sama ia juga bergiat dalam bagian yang harus dikerjakannya. Orang beriman tak kenal kata diam dan menyerah. Orang yang paling beriman adalah orang yang paling giat berusaha.

Bapa Gereja Agustinus berkata, “Berdoalah seolah-olah semuanya bergantung kepada Allah, bekerjalah seolah-seolah semuanya bergantung kepadamu.” Ini adalah paradoks. Di satu sisi kita harus beriman sepenuhnya pada kuasa Allah dalam menggenapkan kehendak-Nya. Di sisi lain, kita harus berusaha sebaik-baiknya karena itulah kehendak Allah bagi kita.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana Anda memahami arti dari beriman dan berusaha?
  • Apa masalah yang Anda hadapi saat ini? Sejauh mana Anda berusaha dan berdoa/ beriman dalam menghadapi masalah tersebut?