Bolehkah Orang Kristen Marah?
Matius 21:12-13
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah memberi kesempatan kepada Iblis.
- Efesus 4:26-27
Bolehkah orang Kristen marah? Pertanyaan ini seringkali menjadi polemik di kalangan kita. Di satu sisi ada yang berpendapat orang Kristen tidak boleh marah karena Alkitab berkata, “…setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum;” (Mat. 5:22). Sebaliknya, Alkitab menunjukkan bahwa Yesus sendiri pernah marah. Dia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati di bait Allah dan mengusir mereka (Mat. 21:12; Luk. 19:45). Yesus marah karena kedegilan hati orang Farisi (Mrk. 3:5). Yesus memarahi Petrus karena tidak tahu misi Kristus di bumi (Mrk. 8:33). Yesus marah karena murid-muridnya melarang orang-orang yang membawa anak-anak kepada-Nya (Mrk. 10:14).
Dalam Alkitab terjemahan LAI, sepertinya semua tindakan marah itu salah, tetapi sebenarnya tidak. Jika benar demikian maka Yesus pun harus dihukum karena pernah marah. Dalam terjemahan Inggris Alkitab KJV, Matius 5:22 diterjemahkan dengan baik, “…That whosoever is angry with his brother without a cause shall be in danger of the judgment.” Sikap marah yang dilarang adalah apabila seseorang memarahi saudaranya tanpa alasan (without a cause). Allah mengizinkan kita marah dengan alasan yang baik dan benar, sama seperti Yesus marah kepada orang yang berjualan di bait Allah. Ayat emas di atas tidak melarang kita untuk marah, tetapi bukan berarti orang Kristen mudah terpancing atau jadi suka marah, apalagi marah-marah setiap hari. Alkitab mengajarkan lambat untuk marah (Yak. 1:19) dan jika marah, jangan sampai matahari terbenam atau maksudnya jangan sampai menyimpan dendam.
Jadi, orang Kristen boleh dan harus marah dengan alasan yang benar. Jika orang Kristen marah terhadap perbuatan orang yang salah maka ia tidak perlu merasa berdosa. Sikap marah terhadap perilaku yang salah dibenarkan Alkitab. Berdoalah supaya kita diberikan kesabaran dan kebijakan agar tidak menjadi pribadi yang cepat marah. Dengan pertolongan Tuhan Yesus, kita dapat belajar bagaimana mengontrol perasaan marah dan berjalan dalam damai sejahtera-Nya. Ingatlah, “…jikalau engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” (1Kor. 10:31).
Refleksi Diri:
- Apa alasan Anda marah selama ini? Apakah alasannya sudah baik dan benar menurut Alkitab?
- Apa yang Anda akan lakukan untuk mengatasi sikap marah yang tanpa alasan dan menjurus pada perasaan dendam?