Burung Gagak dan Burung Merpati
Kejadian 8:6-12
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
- Kejadian 1:28
Di dalam kisah air bah, menarik jika memperhatikan bagaimana Nabi Nuh menggunakan dua jenis burung, yaitu burung merpati dan burung gagak. Burung merpati memiliki kesan yang baik, berbeda dengan burung gagak yang dikenal membawa petaka atau menyeramkan. Namun, Nuh memakai kedua burung tersebut untuk melihat kondisi dunia di luar bahtera. Apa yang dapat kita pelajari melalui penggunaan burung gagak dan burung merpati?
Nuh tidak membedakan dua jenis burung berdasarkan kesan atau makna simbolis mereka, tetapi berdasarkan pola tindakan mereka. Gagak memiliki pola terbang mencari dataran kering. Para pelaut pada masa itu juga memakainya untuk mencari dataran berdasarkan arah terbang gagak yang hidup dari memakan bangkai hewan di darat. Sedangkan merpati tidak dapat terbang sejauh gagak sehingga jika ia kembali setelah dilepas, berarti tidak ada dataran kering atau pohon di sekitar perahu.
Nuh pertama-tama melepas gagak lalu merpati untuk melihat apakah ada dataran kering di sekitarnya. Ketika melihat merpati kembali membawa sehelai daun zaitun, ia mengetahui bahwa bumi sudah mulai mengering. Sehelai daun zaitun juga menandakan proses pemulihan bumi pasca air bah sudah dimulai karena daun zaitun sering dipakai sebagai lambang hidup baru dan kesuburan tanah.
Penggunaan burung gagak dan merpati dalam kisah air bah memberikan gambaran mandat budaya yang Allah berikan kepada manusia. Allah menciptakan manusia dan memberikan sebuah mandat untuk “menaklukkan” bumi, yang memiliki arti menggunakan dan memanfaatkan sumber daya alam bagi kebaikan manusia.
Panggilan utama manusia adalah “menaklukkan” bumi bagi kebaikan manusia dan kemuliaan Tuhan, bukan mengeksploitasi bagi kepentingan sendiri. Marilah bijak dalam memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam. Demikian juga dalam relasi dengan sesama, biarlah relasi yang kita bangun bukan untuk mengeksploitasi sesama, melainkan memeliharanya dalam kasih dan memanfaatkannya untuk kemuliaan nama Tuhan. Ingatlah, Allah yang memanggil kita memiliki rencana yang indah bagi ciptaan-Nya dan dari tengahtengah bencana paling besar pun, Dia tetap dapat membawa kehidupan baru dan rencana baik-Nya bagi kita.
Refleksi Diri:
- Bagaimana Anda menjalani hidup yang sesuai dengan mandat dari Allah?
- Apakah Anda sedang dalam masalah berat? Percayakah Anda bahwa Allah dapat memakai segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi Anda?