Bagikan artikel ini :

Berjalan Bersama Allah dalam Pemberitaan Injil

Salah satu amanat Tuhan Yesus adalah menjadikan semua bangsa murid-Ku. Amanat ini yang menggerakkan beberapa orang untuk melakukan penginjilan baik kepada suku-suku pedalaman, maupun ke daerah yang belum mengenal Injil. Beberapa orang atau organisasi mengembangkan beberapa metode yang dianggap efektif untuk memberitakan Injil. Namun, metode yang mungkin sudah dipelajari ketika hendak diterapkan seringkali mendapatkan beberapa kesulitan baik itu seseorang merasa mulutnya terasa berat untuk menyampaikan pesan Injil atau kabar baik, mungkin sebagian orang merasakan sebuah ketakutan ketika mendapatkan bahwa dirinya mendapatkan penolakan dari orang lain. Perasaan ditolak bukanlah perasaan yang mengenakkan karena nyatanya setiap manusia mengalami “kerentanan”.

Terlepas dari berbagai metode yang dipilih untuk memberitakan Injil, metode penginjilan merupakan sebuah formula untuk menyusun inti kekristenan dalam waktu singkat yang efektif. Hal ini untuk membantu para “awam” yang mungkin kesulitan untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang diimaninya dan mengapa orang lain juga harus menerima apa yang diimaninya. Berbicara mengenai penginjilian sebenarnya bagaimana seseorang menyatakan pengalaman seseorang dalam mengikut Yesus sebagai Tuhan dan membagikan kepada orang lain. Misalnya, seseorang pergi ke suatu rumah makan dan dia mendapati bahwa makanan tersebut sangat enak. Hal ini membuat orang tersebut setiap kali berjumpa dengan orang lain dan sedang membicarakan makanan maka secara spontan orang tersebut akan membagikan pengalaman dan rasa dari makanan yang dimakan pada waktu lalu. Tidak hanya membagikan pengalaman dan rasa namun juga merekomendasi agar orang lain juga bisa merasakan pengalaman kita makan di tempat itu; seperti demikianlah pemberitaan Injil.

Pemberitaan Injil adalah bagaimana kita membagikan pengalaman kita bersama dengan Kristus kepada orang lain. Pengalaman berjalan bersama dengan Kristus menjadi sebuah kesaksian yang begitu kuat bagi orang lain karena pengelaman tersebut mengenai seseorang mengalami sebuah interaksi dan disegarkan ketika membangun relasi bersama dengan Allah yang hidup dan yang berkuasa. Jadi ketika kita hendak memberitakan Injil kepada orang lain maka ia seperti seseorang yang membagikan pengalamannya yang indah bersama dengan Tuhan. Pengalaman ditolong Tuhan ketika mengalami kesusahan, pengalaman disembuhkan, atau mungkin pengalaman bahagia ketika kita mendengar orang lain yang kita layani juga mendapatkan pertolongan dari Tuhan. Namun, kita harus waspada bahwa perjalanan bersama dengan Tuhan tidak hanya berbicara seperti demikian karena realitanya banyak orang Kristen memperkecil makna “berjalan bersama dengan Tuhan” sehingga mungkin orang lain ketika mendengar hal ini merasa bahwa pengalaman berjalan bersama dengan Tuhan ketika ia mengalami hal-hal yang spektakuler. Hal yang spektakuler bukan hanya berbicara mengenai ketika mengalami mukjizat tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika seseorang ditegur atau dikuatkan oleh Tuhan melalui pengalaman saat teduh, atau mungkin juga dalam kehidupan sehari-hari seperti mencuci piring, membersihkan kamar atau bahkan berkendara juga.

Pada abad ke-17 ada seorang yang bernama Brother Lawrence, dia mengajarkan bahwa bagaimana melakukan hal yang dianggap biasa saja tetapi untuk Tuhan. Lawrence melihat bahwa melakukan pekerjaan seperti mencuci piring atau bahkan mengambil sedotan yang jatuh tidak jauh berbeda dengan saat kita berdoa, bahkan keributan yang terjadi di dapur sama hal nya dengan keributan yang terjadi di dapur karena Lawrence mengalami ketentraman ketika melakukan pekerjaannya sama seperti ketika ia berlutut berdoa kepada Tuhan. Jadi kita melihat bahwa pengalaman bersama dengan Tuhan tidak hanya terbendung hanya ketika kita mengalami suatu pengalaman yang hebat karena Tuhan berinteraksi kepada manusia dalam kehidupan sehari-hari dan itu merupakan pengalaman yang menakjubkan.

Hal yang terpenting dalam memberitakan Injil tidak hanya membagikan pengalaman bersama dengan Tuhan namun yang terpenting adalah berdoa meminta pertolongan Allah Roh Kudus. Mungkin kita terlalu fokus kepada apa yang hendak disampaikan, itu adalah hal yang baik namun yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana Tuhan berkarya di dalamnya. Hal yang membuat seseorang percaya adalah karena Tuhan yang membuka hatinya sehingga bisa percaya kepada kebenaran yang kita sampaikan karena tanpa Tuhan maka seseorang tidak akan mungkin percaya kepada pemberitaan Firman Tuhan. Kita sebagai yang memberitakan Firman Tuhan mungkin mengalami kecewa kalau misalnya orang tersebut tidak percaya kepada Tuhan namun kita harus menyadari bahwa kita hanya alat yang dipakai oleh Tuhan untuk memberitakan Injil. Mungkin ketika kita memberitakan Injil kita tidak menuainya namun sesuai dengan Firman Tuhan dalam 1 Korintus 3:6-9 “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.” Artinya adalah mungkin bukan tugas kita untuk menuai ketika seseorang percaya kepada Tuhan, mungkin kita hanya meletakkan fondasi dan orang lain yang menuai hasilnya namun semuanya itu tidak menjadi masalah karena kita mengerjakan pekerjaan yang sama yaitu pekerjaan Tuhan yang empunya semuanya ini. * FL