Bagikan artikel ini :

Hidup Baru di dalam Dunia 2.0

Pendahuluan

Sepangjang rentang sejarah umat manusia, belum pernah ada dan tidak akan pernah lagi akan ada bencana air bah semasif air bah berskala global di zaman Nuh. Air bah ini memusnahkan tidak saja manusia, tetapi juga hewan pada zaman itu.

Fosil dari binatang raksasa yang telah punah dan dapat kita temui di museum geologi, mungkin saja punah karena air bah di zaman Nuh ini. Namun, mengapa air bah berskala globa ini terjadi? Apa pemicunya? Banyak cerita rakyat dari berbagai belahan dunia berusaha untuk menjelaskannya, namun tidak ada satupun yang dapat menjelaskannya dengan begitu detail, selain dari Alkitab.

Alkitab berkata bahwa ketika manusia bertambah banyak di muka bumi, kecenderungan hati manusia membuahkan kejahatan semata (Kej. 6:5). Allah sangat murka dan menyesal telah menciptakan manusia. Allah memang sudah berjanji kepada Nuh untuk tidak akan memusnahkan bumi ini dengan air bah lagi, namun pada kesempatan berikutnya, Allah akan membumi-hanguskan dengan api (2 Pet. 3:7).

Pada tahun 2008, dunia arkeologi dikejutkan oleh penemuan puing-puing bahtera Nuh di perbatasan Turki, di atas Gunung Ararat, dengan ukuran bahtera tersebut sama persis seperti yang tertera dalam Alkitab, dan melalui teknologi karbon radio, diyakini usia bahtera tersebut adalah 4800 tahun, persis seperti momen terjadinya air bah di zaman Nuh.

Bukti sejarah ini merupakan peringatan yang keras dari Allah Pencipta yang adil tidak akan tinggal diam terhadap kejahatan manusia. Seperti yang dikatakan Rasul Paulus kepada kita: Allah tidak bisa dipermainkan. Apa yang ditanam orang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7).

Analogi Air Bah di Dunia 1.0, Bahtera, dan Dunia 2.0

Di dalam hidup orang percaya, bahtera Nuh merupakan analogi keselamatan dalam Kristus Yesus yang mereka alami dari murka Allah di dunia 1.0. Allah murka, karena manusia yang telah diciptakan seturut dengan Gambar dan Rupa Allah, menghinakan dan mencabik-cabik Gambar dan Rupa Allah itu dengan perbuatannya yang keji, melawan Allah. Hukum Allah yang Allah tanam di dalam nuraninya, mereka lindas dan injak-injak. Tindakan semacam ini tidak saja merusak diri dan sesama, juga merusak alam sekitar ciptaan Allah. Namun, ketika mansia masih memberontak terhadap Allah, Tuhan Yesus datang untuk mati menggantikan mereka. Dia yang tidak berdosa dijadikan berdosa untuk menggantikan mereka menerima hukuman Allah yang adil. Darah Kristus, Sang Anak Domba yang tidak bercacat cela yang tercurah di atas kayu salib menyucikan orang berdosa dari segala kejahatan mereka, sehingga mereka yang percaya tidak lagi dihukum, melainkan berpindah dari maut kepada hidup yang kekal (Yoh. 5:24).

Sesudah diselamatkan, apakah yang Allah inginkan dari hidup orang percaya? Mari kita cermati apa perintah Allah kepada Nuh selepas Nuh keluar dari dalam bahtera.

Pertama, bertumbuh di dalam pengenalan dan penyembahan yang benar kepada Allah. Hal pertama yang Nuh lakukan di dalam dunia 2.0 adalah mendirikan mezbah dan mempersembahkan korban syukur kepada Allah. Nuh dan keluarganya sadar benar, di dunia yang kosong ini, nyawa hidup mereka terpelihara hanya oleh anugerah Allah semata. Oleh karena itu dipersembahkannya korban syukur yang tulus kepada Allah.

Orang percaya yang telah diselamatkan dari maut juga seharusnya mempersembahkan korban syukur atas Anugerah Allah yang tidak layak dia terima, dan bertumbuh di dalam pengenalan yang benar terhadap Allah. Dan korban persembahan yang berkenan kepada Allah adalah persembah diri sebagai korban yang hidup, yang rela terus menerus diperbaharui di dalam akal budi (Rom. 12:1-2), dan di dalam komitmen ketaatan penuh kepada perintah Allah di dalam hidup sehari-hari: mengunjungi janda-janda dan anak yatim piatu, dan menjaga agar diri mereka tidak dicemarkan dunia, itulah ibadah yang tulus dan sejati (Yak. 1:27).

Kedua, beranak-cucu memenuhi dunia 2.0. Orang percaya dipanggil untuk tidak saja menjadi penerima berkat Allah saja, melainkan juga pembagi berkat Allah melahirkan anak-anak dan cucu-cucu rohani yang taat kepada kepada otoritas Kristus (Mat. 28:19-20).

Kegagalan orang percaya, dalam hal ini khususnya gereja-gereja, disebabkan oleh ciutnya nyali mereka untuk membayar harga dan hidup sebagai hamba Kristus. Banyak orang percaya kurang mengerti Injil dan dan tidak menghidupi Injil itu setiap hari, sehingga cara pikir mereka tidak berbeda dari cara pikir orang dunia di sekitarnya. Alasan mengapa mereka tidak dapat hidup di dalam Injil, karena koneksi dengan Allah sang Pemrakarsa dan Pemberdaya pemberitaan Injil itu kurang lancar atau terputus.

Ketiga, bertumbuh di dalam relasi yang baru yang berbeda dengan dunia sebelumnya. Di saat Nuh berada di dalam bahtera, semua binatang adalah sahabatnya. Namun setelah keluar dari bahtera, binatang merasa takut akan Nuh. Relasi mereka telah berubah.

Orang percaya yang sungguh-sungguh percaya dan menerima Kristus Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan dalam hidupnya, mengalami perubahan yang dapat terdeteksi orang-orang di sekitarnya, karena dia bukan lagi milik dunia, melainkan milik Kristus (2 Kor. 5:17). Orang yang sudah mengaku percaya namun gaya hidupnya tidak menunjukan perubahan hidup adalah pertanda bahwa kelahiran baru di dalamnya belum terjadi. Roh Allah yang Maha Kudus belum masuk di dalamnya.

Keempat, bertumbuh di dalam nilai hidup yang menghargai hal yang bernilai kekal. Ketika Nuh keluar dari bahtera, ia tidak lagi bebas memakan daging yang ada darahnya, karena darah adalah lambang nyawa hidup. Terlebih dengan hidup manusia yang diciptakan seturut Gambar dan Rupa Allah. Mereka yang berani menghilangkan nyawa hidup sesamanya layak mendapatkan hukuman yang setimpal.

Orang percayapun sama. Allah tidak menginginkan seorangpun binasa. Firman Allah memperingatkan, jika orang jahat yang layak dihukum mati tidak diperingatkan untuk berubah dari jalan hidupnya, maka Allah pasti menuntut pertanggungan jawab atas kematian orang jahat itu (Yez. 3:18). Sayangnya berita dari atas mimbar gereja-gereja jarang menegur dosa, dan jika orang jahat tidak ditegur dari dosanya, dia tidak perlu Injil keselamatan dari Allah, dan dia akan binasa.

Kelima, bertumbuh dalam keserupaan dengan Allah yang berpegang teguh pada janji-Nya. Ketika Allah menghirup aroma yang harum dari korban persembahan Nuh, Allah berjanji lagi akan memusnahkan manusia bumi ini dengan air bah hingga tibanya Tuhan. Selama dunia 2.0 masih ada, musim-musim akan tetap terpelihara, dan matahari akan tetap terbit bagi orang yang jahat dan orang yang baik, dan hujan akan tetap turun bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Mat. 5:45).

Orang percaya juga diundang untuk memandang kepada busur pelangi tanda kesetiaan Allah pada janji-Nya, dan selama hari masih siang, selama Allah masih berkenan membiarkan suara-Nya diperdengarkan kepada orang-orang kepunyaan-Nya, orang percaya akan berkomitmen untuk mengumandangkan Injil keselamatan Allah kepada dunia yang terhilang. Karena akan tiba waktunya ketika pintu keselamatan itu ditutup dan akan ada ratap tangis dan kertak gigi bagi mereka yang tertinggal di luar.

Penutup

Sudahkah kita keluar dari bahtera keselamatan Allah dan hidup dalam dunia 2.0 ini mengalami pertumbuhan sesuai dengan yang Allah inginkan? ** IT