Bagikan artikel ini :

Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Makhluk yang Berelasi

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial (Kejadian 2:18). Makhluk sosial adalah seseorang yang secara alami hidup, berinteraksi, dan membentuk kelompok atau komunitas dengan makhluk sosial lainnya. Dalam diri mereka ada kebutuhan yang sangat mendasar untuk mempunyai sebuah relasi. Itulah sebabnya semua orang membutuhkan orang lain kapanpun dan dimanapun ia berada. Kebutuhan akan adanya orang lain selain dirinya ini semakin meningkat secara khusus pada momen-momen tertentu kehidupan mereka, seperti momen ketika seseorang berada dalam kesulitan dan kesendirian, atau momen ketika seseorang berada dalam tekanan dan kesedihan yang mendalam. Di saat seperti inilah terkadang sangat terlihat manusia membutuhkan orang lain di luar dirinya untuk hadir dan menjadi teman yang dapat berelasi dengannya. Oleh sebab itu, manusia sebagai makhluk sosial merupakan sebuah panggilan untuk hidup di dalam sebuah komunitas.

Lebih dalam lagi kita akan melihat bahwa manusia sebagai makhluk sosial juga memiliki sebuah aspek lainnya yaitu hidup yang saling melayani, membantu, dan menolong antar sesama manusia lainnya. Tidak ada satupun manusia yang dapat mengerjakan semuanya sendirian dan tidak membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Ada saatnya dimana manusia pasti memerlukan bantuan dan pertolongan dari manusia lainnya dan juga ada saatnya manusia lainnya akan memberikan pertolongan dan bantuan kepada manusia lainnya dan di saat itulah menunjukkan bahwa tidak ada manusia yang dapat hidup di luar komunitas manusia lainnya. Hubungan manusia inilah yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial yang bersifat timbal balik dan terbukanya sebuah ruang komunikasi baik dalam keluarga, pertemanan dan persahabatan, komunitas gereja atau komunitas masyarakat yang lebih luas. Dan yang lebih menarik adalah relasi antar sesama manusia inilah yang menjadi sebuah kesempatan bagi setiap manusia untuk mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam segala hal baik secara pikiran (kognitif) maupun perbuatan (karakter). Dan di dalam relasi manusia sebagai makhluk sosial inilah akan menghasilkan sebuah pertanggungjawaban sosial di dalamnya yang berarti ada sistem hukum dan norma yang mengikat dalam relasi antar sesama manusia itu.

Relasi Yesus Kristus dengan Murid-Murid-Nya

Di dalam perspektif kekristenan, kita melihat relasi antara Tuhan dan manusia bukanlah hanya relasi antara pencipta dengan ciptaan saja. Ada sebuah relasi yang bukan hanya seorang “tuan” dengan “hamba” yang ingin diperkenalkan Allah melalui kehadiran Yesus Kristus ke dalam dunia. Yesus Kristus mendeklarasikan dan membuka sebuah hubungan yang mendalam antara Tuhan dan manusia yaitu relasi persahabatan yang karib antara Tuhan dengan manusia. Yesus Kristus menawarkan relasi yang lebih mendalam kepada manusia yang memungkinkan semua manusia yang dikasihi-Nya dan yang mengasihi-Nya semakin mendekat dan datang kepada-Nya secara bebas dan terbuka. Dalam relasi persahabatan inilah, Allah melalui kehadiran Yesus Kristus ingin menjangkau manusia berdosa untuk lebih dekat dengan kasih-Nya yang tidak terbatas dan memperkenalkan kepada manusia apa artinya kasih persahabatan yang sesungguhnya kepada manusia. Kasih persahabatan yang paling utama adalah ketika seorang sahabat rela berkorban demi sahabatnya sama seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada manusia berdosa. Pengorbanan Yesus Kristus itulah yang menjadi dasar kasih persahabatan antara Allah, manusia, dan sesamanya.

Relasi persabahatan antara Yesus Kristus dengan manusia inilah yang menjadi dasar setiap orang-orang yang percaya kepada-Nya sebagai murid-murid-Nya boleh datang mendekat kepada-Nya dan menjalin komunikasi yang intensional serta memberikan keyakinan bahwa murid-murid-Nya tidak akan pernah mengalami kesendirian dalam menjalani hidupnya baik suka maupun duka. Menjalani hidup di dalam dunia saat ini penuh dengan kesusahan, perbgumulan dan kesulitan namun tidak akan menjadi rintangan bagi setiap murid-murid Kristus untuk terus berjalan menghadapi semuanya karena ada keyakinan pengharapan bahwa Yesus Kristus yang telah menjadi sahabat sejati bagi manusia itu mengerti seluruh pergumulan, penderitaan, kesusahan, dan ketakutan manusia. Di dalam sejarah, Ia pernah ada di dalam dunia dan ia pernah menjadi sama dengan manusia dan inilah alasan Ia sangat mengerti segala kondisi, keadaan dan situasi manusia dalam hidup ini. Dengan keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah sahabat yang tidak akan pernah meninggalkan manusia yang datang mendekat kepada-Nya inilah yang membuat murid-murid-Nya berani melangkah dan menerima kekuatan serta penghiburan dari Yesus Kristus yang adalah sahabat sejati bagi manusia.
  
Menjadi Seorang Sahabat yang Sesungguhnya

Amsal 17:17 menyatakan seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Inilah yang menjadi sifat asli dari relasi persahabatan yang sejati antar sesama manusia. Jika tidak ada kasih di dalam relasi persahabatan manusia maka hanyalah sebuah relasi transaksional semata yang mengutamakan kepentingan diri masing-masing (egois). Relasi persahabatan yang sesungguhnya harus diisi oleh kasih dan dasarnya harus dimulai dengan kasih. Dalam 1 Korintus 13 menyatakan dengan jelas bahwa tanpa kasih, apapun yang dilakukan oleh manusia adalah suatu kesia-siaan belaka. Kasih itu adalah menerima dan bukan menolak, kasih itu memaafkan dan bukan menghakimi, dan kasih itu mengampuni dan bukan membalas dendam. Sehingga kasih harus menjadi dasar dalam semua persahabatan yang hendak dibangun oleh setiap murid-murid Kristus dengan sesamanya sama seperti yang telah dilakukan oleh Allah melalui Yesus Kristus kepada manusia.

Seorang sahabat juga menjadi seorang sahabat dalam kesukaran. Seorang sahabat akan selalu ada di dalam situasi dan kondisi apapun yang dialami oleh sahabatnya. Seorang sahabat akan bergembira bersama sahabatnya di dalam kondisi suka yang dialami oleh sahabatnya namun sebaliknya seorang sahabat juga akan menangis dan berduka serta bersedih bersama sahabatnya di dalam kondisi duka yang dialami oleh sahabatnya. Sama seperti yang diteladankan Yesus Kristus yang telah menjadi sahabat bagi semua manusia yang dikasihi-Nya, maka sebagai sahabat Kristus, teladan ini akan diteruskan dan juga dilakukan kepada sahabat lainnya apalagi yang belum pernah mengenal siapakah Yesus Kristus itu. Ketika manusia merindukan seorang sahabat yang terbaik dalam hidupnya, maka mulailah dengan menjadi seorang sahabat yang terbaik bagi sesamanya manusia. The best friend of us will always be friends who imitate Christ.  ** HH