Bagikan artikel ini :

Eternal Security

Ada seorang verteran perang dari Vietnam yang diwawancarai di New York Times. Veteran ini bergumul dengan masa lalunya. Ia merasa tidak mungkin lagi diampuni karena kesalahannya di masa lalu yang dimana ia harus menyakiti orang dalam perang. Sekalipun ia percaya Yesus, tetapi ia tidak yakin diselamatkan dan diampuni. Saat ia berjumpa seorang bishop, bishop itu berkata “memang keselamatan dari Tuhan hanya permulaan, anda harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan keselamatan itu.’’

Sekilas, kita melihat bagaimana bishop itu mendireksi fokus dari veteran itu dari perasaan bersalah dan menyesal diarahkan pada tindakan ketaatan pada Tuhan. Terlihat baik, tapi sebetulnya, anjuran bishop itu seolah hendak mengatakan, “sudah, yang lalu sudah berlalu, sekarang biarlah pekerjaan/perbuatan baik ke depan dapat menggantikan hutang kesalahan masa lalu.” Pandangan seperti ini adalah pandangan yang terlalu berfokus pada “usaha manusia’’, dan bukannya “anugerah Tuhan”.

Seorang teolog bernama H. Orton Willey pernah mengatakan hal serupa dengan bishop, “karya ketataan Kristus terlalu berharga untuk diimputasikan kepada manusia’’. Dengan kata lain, bagi Willey, Yesus dan karya keselamatan-Nya hanya menjadi semacam teladan/inspirasi, dan titik mula dari keselamatan. Sebuah “DP’’ awal keselamatan, dan sisanya, manusia harus berjuang bagi keselamatannya sendiri! Dengan kata lain, bukan kesetiaan Tuhan (faithfulness of God) yang menjadi fondasi yang menopang keselamatan (ground of security), namun keselamatan dari Tuhan hanya sekadar pemantik bagi keselamatan kita (spark of security).

Namun, keselamatan ujungnya adalah bukan karena kita yang setia, tetapi karena kesetiaan Allah. Keselamatan menjadi kekal (eternal security), karena manusia berdosa diselamatkan Allah yang tidak berubah dalam kesetiaannya. 2 Timotius 2:13 menyatakan, “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia.’’ Sekalipun memang ada bagian dari kitab suci yang seolah menekankan “conditional security”, tetapi pembacaan ayat dalam konteksnya, teks sedang berbicara tentang kekudusan (progressive holiness) dan kehidupan Kristiani yang harus dinyatakan dengan gamblang.

Misalnya saja ketika Paulus berkata dalam 1 Kolose 1:23, “Continue in faith”. Pernyataan untuk tetap dalam iman ini bukan berarti Paulus mengatakan bahwa seseorang harus terus berjuang untuk percaya (continue believing) karena mereka dapat kehilangan keselamatan, tetapi dalam konteks bagian tersebut lebih menekankan kepada dimensi seseorang yang harus terus menghidupkan iman mereka (live out the Christian faith).

Berbicara tentang “eternal security”, firman Tuhan dalam Filipi 1:6; 2:13 juga dengan jelas menegaskan bahwa Tuhan yang sudah menghadirkan keselamatan dan memanggil setiap orang untuk mengikutinya, adalah Tuhan yang memelihara sampai akhir. Tuhan yang telah memulai pekerjaan baik dalam hidup manusia, adalah Tuhan yang akan menggenapkan keselamatan itu dalam hidup manusia sampai tuntas. Dengan kata lain, pada ujungnya keselamatan itu tidak tergantung pada usaha dan kebaikan manusia (good works), namun sepenuhnya adalah anugrah Tuhan.

Micheal Horton, seorang teolog Reformed berkata, “God cannot cast away those whom he has elected, placed in Christ, redeemed by Christ, and united to ChristIt is not because of the principle of once saved, always saved, but because of the promise that the God who began the work of salvation will complete’’ (Tuhan tidak akan membuang mereka yang ia pilih, dan ditempatkan dalam Kristus, ditebus oleh Kristus dan disatukan kepada Kristus ... ini terjadi bukan karena prinsip, sekali selamat tetap selamat, tetapi karena janji Tuhan yang berjanji akan menggenapkan apa yang Ia mulai dalam karya keselamatan).

Meskipun bahwa Tuhan berjanji memberikan keselamatan yang kekal (eternal security) bagi mereka yang sungguh-sungguh percaya pada Yesus, hal ini tidak berarti seseorang dapat mengabaikan ketaatan dan bersantai saja dalam hidup dan tidak berjuang dalam kekudusan. Memang ketaatan manusia bukan sebuah hal yang menyebabkan manusia selamat ataupun memperoleh keselamatan, namun ketaatan pada kehendak dan rancangan Tuhan (total obedience) diperlukan seseorang yang hidup dalam terang pengudusan Allah, sehingga hidup mereka dapat menjadi berkat, teladan, dan inspirasi bagi sesama dan membawa seseorang mengenal Bapa di sorga. Sebagaimana Matius 5:16 berkata, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” **YCT