Bagikan artikel ini :

Kerajaan Kristus Yang Rohani

Yesus Kristus memiliki tiga jabatan: nabi, imam, dan raja. Namun, artikel singkat ini hanya akan berfokus pada satu jabatan saja, yaitu Kristus sebagai Raja. Kerajaan Kristus dapat dipahami dalam tiga aspek. Pertama, sebagai Allah, Kristus adalah Raja atas kerajaan kuasa (regnum potentiae). Ia bertakhta atas seluruh ciptaan. Kedua, sebagai Pengantara antara Allah dan manusia, Kristus memerintah dalam kerajaan anugerah (regnum gratiae), yaitu gereja-Nya – orang-orang percaya yang ada di dunia ini. Dan yang ketiga, Ia juga Raja atas kerajaan kemuliaan (regnum gloriae), tempat Ia memerintah atas para malaikat dan orang-orang pilihan yang ada di surga. Dalam tulisan ini, kita akan menyoroti satu bagian kecil saja dari kerajaan anugerah, yaitu kenyataan bahwa kerajaan ini bersifat rohani.

Kerajaan-Nya Bukan dari Dunia Ini

Kerajaan Kristus (Regnum Gratiae) adalah kerajaan yang bersifat rohani, bukan jasmani. Kerajaan ini berada dalam wilayah rohani, yaitu dalam hati dan kehidupan orang-orang yang percaya kepada-Nya, bukan dalam bentuk kekuasaan politik atau pemerintahan duniawi.

Yesus sendiri menegaskan bahwa kerajaan-Nya bukan berasal dari dunia ini. Ketika berbicara kepada Pilatus, Yesus berkata: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi; akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini” (Yohanes 18:36). Dengan pernyataan ini, Yesus menolak setiap bentuk penggunaan kekuatan duniawi untuk mendirikan atau mempertahankan kerajaan-Nya. Ia tidak menghendaki para pengikut-Nya untuk berjuang secara fisik membela-Nya, karena tujuan kerajaan-Nya adalah menyelamatkan jiwa, bukan merebut kekuasaan dunia.

Bahkan, ketika orang banyak ingin memaksa-Nya menjadi raja, Yesus tidak menerima kehormatan itu, melainkan Ia memilih untuk menyendiri (Yohanes 6:15). Penolakan Yesus terhadap kerajaan dunia juga terlihat jelas dalam peristiwa pencobaan di padang gurun. Iblis menawarkan semua kerajaan dunia kepada-Nya dengan satu syarat: Ia harus sujud menyembah Iblis. Namun Yesus menjawab dengan tegas dan menolaknya (Matius 4:8-10).

Kristus adalah Raja yang Miskin

Meskipun Yesus Kristus adalah Raja segala raja, sepanjang hidup-Nya di dunia ini Ia hidup dalam kemiskinan secara materi. Ia tidak memiliki kekayaan duniawi atau kedudukan politis. Keadaan ini menegaskan bahwa Kerajaan-Nya adalah kerajaan rohani, bukan kerajaan duniawi yang dibangun atas dasar kekuasaan atau kemewahan.

Injil Matius mencatat bahwa inkarnasi Kristus diproklamasikan sebagai kedatangan seorang Raja. Sebuah bintang bersinar terang di langit, menandakan kelahiran-Nya kepada orang-orang Majus di Timur. Mereka datang dan bertanya, “Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Matius 2:2). Kabar tentang kelahiran Raja ini membuat Raja Herodes sangat gentar. Ia merasa terancam dan berusaha membunuh Anak itu demi mempertahankan kekuasaannya (Matius 2:3). Namun, Raja yang lahir itu datang bukan dengan kemegahan duniawi. Ia tidak lahir di istana, melainkan di sebuah tempat yang sederhana dan hina. Maria, ibu-Nya, “melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Lukas 2:7).

Selama pelayanan-Nya, Yesus hidup mengembara tanpa memiliki tempat tinggal tetap. Ia berkata, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Matius 8:20). Ketika memasuki Yerusalem – yang menjadi simbol penerimaan-Nya sebagai Raja oleh banyak orang, Yesus tidak menunggang kuda perang atau kereta kencana seperti layaknya raja dunia. Ia justru datang dengan kerendahan hati, mengendarai seekor keledai pinjaman: “Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda … Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesus pun naik ke atasnya” (Matius 21:5, 7).

Di akhir hidup-Nya, Ia diolok-olok sebagai raja, tetapi bukan dengan mahkota emas, melainkan mahkota duri yang ditancapkan ke kepala-Nya. Ia tidak memiliki jubah kebesaran, hanya sehelai kain ungu pemberian para prajurit Romawi untuk mengejek-Nya. Bahkan, saat mati pun, Ia tidak memiliki makam sendiri, tetapi dikuburkan dalam kubur pinjaman milik Yusuf dari Arimatea.

Signifikansi bagi Orang Percaya

Bahwa Kerajaan Kristus adalah kerajaan anugerah yang bersifat rohani memiliki arti mendalam bagi orang percaya. Kristus tidak menjanjikan kita kekayaan, kenyamanan hidup, atau kenikmatan duniawi, tetapi menawarkan kebahagiaan surgawi – kebahagiaan sejati yang melampaui kefanaan.

Sebagai warga Kerajaan Allah, kita dipanggil untuk hidup setia dan tekun, bahkan di tengah penderitaan. Kita mungkin mengalami kelaparan, kehinaan, atau penolakan, tetapi kita tidak ditinggalkan. Kristus, Raja kita, telah lebih dahulu menderita dan Ia memahami kelemahan kita. Dalam kasih-Nya, Ia mencukupkan segala yang kita perlukan – bukan selalu sesuai keinginan, tetapi cukup untuk menopang iman kita.

Kita menjalani hidup ini dalam pengharapan, sebab Kristus telah menang. Ia memimpin kita dalam peperangan rohani, dan bersama-Nya kita akan meraih kemenangan akhir. Maka, kita tidak berpegang pada kenyamanan duniawi yang sementara, tetapi menaruh pengharapan pada janji kekal: anugerah yang menyelamatkan, kasih yang memelihara, dan kehidupan kekal bersama Dia dalam kemuliaan.  **  PD