Bagikan artikel ini :

Esensi Kesatuan dalam Roh

Dalam Yohanes 17, Yesus menyampaikan doa yang penuh makna, mencakup beberapa tema penting, salah satunya adalah kesatuan di antara orang-orang percaya. Doa ini menggambarkan keinginan Yesus agar umat-Nya hidup dalam kesatuan, sebagaimana Dia dan Bapa adalah satu. Artikel pendek ini akan membahas secara singkat tema kesatuan tersebut, dengan mengupas dua hal utama: pertama, mengapa kesatuan umat percaya itu penting; dan kedua, apa natur atau sifat dari kesatuan tersebut. Pada bagian akhir, akan diuraikan tujuan dari kesatuan yang diinginkan oleh Yesus dalam doa-Nya, yaitu agar dunia percaya bahwa Dia diutus oleh Bapa.

Pentingnya Kesatuan Murid Kristus

Kesatuan murid-murid Yesus sangat penting, sebagaimana terlihat dari doa-Nya di Yohanes 17. Dalam ayat 11, Yesus berdoa agar murid-murid-Nya dijaga dalam nama Bapa supaya mereka menjadi satu, sama seperti Yesus dan Bapa adalah satu. Doa ini kemudian diulangi lagi dalam ayat 21-23, di mana Yesus meminta agar semua orang percaya menjadi satu, supaya dunia percaya bahwa Bapa mengutus-Nya. Pengulangan ini menunjukkan betapa dalam kerinduan Yesus terhadap kesatuan murid-murid-Nya. Bagi Yesus, kesatuan adalah hal yang sangat esensial, bukan hanya untuk hubungan di antara para murid, tetapi juga sebagai kesaksian bagi dunia tentang kebenaran Injil.

Kesatuan juga ditekankan dalam ajaran Yesus di bagian lain Alkitab. Dalam Lukas 9:46-48, Yesus mencela murid-murid-Nya yang berselisih karena ingin dianggap paling hebat di antara mereka. Sebagai tanggapan, Yesus mengajarkan bahwa kerendahan hati dan sikap seperti seorang anak kecil adalah kunci untuk menjadi besar di dalam Kerajaan Allah. Perselisihan dan ambisi pribadi merusak kesatuan, dan Yesus dengan tegas menegur sikap semacam itu. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Yesus, kesatuan murid-murid-Nya harus didasarkan pada kasih, kerendahan hati, dan pelayanan, bukan pada persaingan atau keinginan untuk menonjolkan diri.

Natur Kesatuan Murid Kristus

Kesatuan yang dimaksudkan Yesus dalam Yohanes 17 bukanlah kesatuan dalam arti organisasi. Gereja saat ini terdiri dari berbagai aliran, cabang, dan denominasi. Misalnya, ada Gereja Katolik, Ortodoks, dan Protestan. Bahkan di dalam aliran Protestan sendiri, terdapat berbagai denominasi seperti Lutheran, Anglikan, Reformed, Methodis, Baptis, Pentakosta, dan banyak lainnya. Meski ada keragaman dalam bentuk organisasi, kesatuan gereja tidak tergantung pada struktur atau lembaga tertentu. Gereja tetap satu adanya, karena kesatuan umat percaya bersifat spiritual dan melampaui sekat-sekat institusional atau administratif. Kesatuan ini berakar dalam hubungan semua orang percaya dengan Kristus sebagai kepala dan tubuh-Nya yang adalah gereja.

Kesatuan gereja juga bukan semata-mata terletak pada pengajaran yang sepenuhnya seragam. Memang, gereja Yesus Kristus yang sejati berpegang pada pengakuan iman yang universal, seperti Kredo Rasuli, Kredo Nicea, Kredo Athanasius, dan Kredo Konstantinopel. Dalam pengakuan iman yang esensial ini, gereja bersatu, mengaku percaya kepada Allah yang satu dalam tiga Pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Namun, di luar dasar iman yang universal ini, berbagai aliran dan denominasi memiliki penekanan teologis yang berbeda. Perbedaan ini tidak membuat gereja kehilangan esensi kesatuannya, melainkan menunjukkan kekayaan dalam keberagaman. Semua orang percaya, meskipun berbeda denominasi, tetap disebut Kristen dan menjadi bagian dari tubuh Kristus yang satu, sambil tetap memegang kekhasan tradisi masing-masing.

Kesatuan yang didoakan oleh Yesus dalam Yohanes 17 adalah kesatuan yang bersifat spiritual, yaitu kesatuan di dalam Roh Kudus. Kesatuan ini terjadi ketika murid-murid Yesus disatukan oleh Roh Kudus saat mereka percaya kepada Allah yang sejati di dalam Yesus Kristus, sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 17:3, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Dengan demikian, semua orang percaya menjadi bagian dari tubuh Kristus, yaitu Gereja. Rasul Paulus dalam Efesus 4:4-6 menggambarkan kesatuan ini dengan sangat indah, “Satu tubuh dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” Kesatuan ini adalah karya Roh Kudus yang mempersatukan umat Allah dalam iman, pengharapan, dan kasih kepada Kristus.

Kesatuan dalam Roh Kudus memungkinkan murid-murid Yesus untuk hidup dalam kasih dan keharmonisan. Roh Kudus mengajarkan mereka untuk saling mengasihi, saling melayani, dan saling merendahkan diri satu sama lain, sebagaimana Yesus telah memberi teladan. Dengan kuasa Roh Kudus, gereja dapat mengatasi berbagai perbedaan, baik dalam bentuk organisasi, penekanan teologis, maupun tradisi. Bahkan, perbedaan pandangan dalam isu sosial, budaya, dan politik tidak dapat memecah kesatuan spiritual ini.

Tujuan Kesatuan dalam Roh

Roh Kudus menyatukan umat percaya dalam satu tujuan, yaitu memuliakan Allah dan menyaksikan kasih Kristus kepada dunia. Kesatuan ini, meskipun tidak selalu tampak dalam hal eksternal, adalah dasar dari kekuatan dan keberlanjutan gereja sebagai tubuh Kristus. Maka tujuan kesatuan di dalam Roh adalah bersifat misional, yaitu agar murid-murid Yesus dapat memproklamasikan nama-Nya kepada dunia, sehingga manusia yang berdosa dapat percaya dan diselamatkan. Dalam Yohanes 17:21, Yesus berdoa, “supaya mereka semua menjadi satu ... agar dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Kesatuan ini menjadi kesaksian yang kuat tentang Injil Kristus. Dalam penginjilan, gereja dari berbagai denominasi sering bekerja sama untuk memenangkan jiwa, dengan melupakan perbedaan dalam penekanan teologis, tradisi, atau denominasi demi satu tujuan bersama, yaitu menyebarkan kasih Kristus dan membawa banyak orang kepada keselamatan.  **PD