Bumi Menceritakan Kemuliaan-Nya
Ketika melihat sebuah lukisan yang dipamerkan di suatu pameran, lukisan itu akan dinilai dan dinikmati serta dikagumi oleh semua yang melihatnya dari berbagai perspektif. Penilaian suatu lukisan, tidak akan dapat dilepaskan dari fakta tentang siapa pelukisnya dan bagaimana pelukis itu melukis lukisannya serta apa behind the scene story dari lukisan itu, yang membuat lukisan itu menjadi semakin menarik untuk dinilai dan dikagumi. Sebuah lukisan sedang menceritakan bukan hanya cerita dari lukisan itu sendiri, namun juga sedang menceritakan cerita dari pelukis yang melukis lukisan itu. Dengan kata lain, sebuah lukisan itu ada untuk menyaksikan dan menceritakan siapa pelukis yang melukisnya.
Jika sebuah lukisan itu diibaratkan seperti dunia ini, maka dunia ini dan segala ciptaan lainnya termasuk manusia tidak sedang menceritakan dirinya sendiri, melainkan sedang menceritakan siapa yang menciptakan dunia ini. Atau dengan kata lain, kehadiran dunia dan segala isinya sedang menyaksikan kisah dari pencipta dunia ini yaitu Allah Tritunggal. Di dalam kitab Kejadian, dengan jelas kita melihat bahwa dunia dan segala isinya diciptakan oleh Allah, dan dunia yang diciptakan oleh Allah itu seharusnya menceritakan kemuliaan dari Sang Pencipta itu sendiri. Pemazmur di dalam Mazmur 19:1-6 menyatakan dengan jelas bahwa manusia dan seluruh bumi ada untuk menceritakan kemuliaan Allah sebagai pencipta segala-galanya. Paulus dalam kitab Roma juga menyatakan dengan jelas bahwa melalui alam semesta, Allah sedang mengungkapkan diri-Nya dan kemuliaan-Nya.
Kemuliaan Allah yang terpancarkan dari alam semesta mengandung beberapa hal, yaitu pertama, keindahan alam semesta ini dari matahari terbit hingga terbenam, bintang-bintang dan bulan yang menghiasi langit di malam hari sedang menceritakan keindahan Allah yang luar biasa dan penuh dengan keagungan. Kedua, keteraturan dan ketertiban alam semesta sedang menunjukkan keteraturan dan ketertiban yang luar biasa dari Allah yang mengatur segala-galanya dalam alam semesta ini. Ketiga, kekuasaan dan kekuatan alam semesta yang sedang menyaksikan tentang kehebatan dan kekuasaan Allah yang menciptakan alam semesta ini dan tidak ada yang dapat menyamainya. Keempat, kebijaksanaan dan kesempurnaan alam semesta sedang menceritakan Allah yang bijaksana dan sempurna dan sama sekali tidak mengandung kesalahan dan ketidaksempurnaan sedikitpun. Kemuliaan Allah yang agung dan indah dinyatakan melalui ciptaan-Nya sebagai representasi konkrit kemuliaan-Nya.
Bumi yang Tidak sedang Menceritakan Kemuliaan Allah
Di dalam kejadian pasal yang ketiga diceritakan bahwa manusia memilih untuk berlawanan dengan Allah, dan di saat itulah menjadi titik momentum manusia dan bumi ini semakin menjauh dari Tuhan sebagai penciptanya, dan memiliki kecenderungan berusaha untuk menceritakan kemuliaan diri sendiri dan bukan kemuliaan dari pencipta. Dunia ini semakin bertolak belakang dengan awal penciptaan dan akhirnya dunia menjadi sebuah budaya yang membawa seluruh manusia untuk semakin menjauh dari Allah itu sendiri. Dosa manusia mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dunia ini termasuk kehidupan manusia. Manusia yang seharusnya memuliakan Allah Sang Pencipta berbalik menjadi melecehkan, merendahkan, menghina, dan menganggap bahwa Allah bukanlah yang tertinggi dan harus dimuliakan dalam hidup ini, dan bahkan manusia dan dunia ini menolak keberadaan Allah sebagai pribadi yang harus dimuliakan diatas segala-galanya. Efek samping lainnya dari dosa adalah manusia dengan mudah “menukar” kemuliaan Allah dengan kemuliaan diri sendiri dalam segala aspek kehidupan manusia itu. Kemuliaan diri sendiri menjadi fokus utama kehidupan manusia yang telah jatuh dalam dosa. Efek lainnya adalah manusia akhirnya lebih percaya kepada hal-hal keduniawian dan selalu berelasi lebih dekat dengan dunia dan bergantung kepada seluruh kehebatan dan kemampuan diri sendiri dibandingkan kepada Allah sebagai pencipta.
Di dalam 2 Korintus 3:16 dengan jelas Paulus menyatakan bahwa kemuliaan Allah tidak akan mungkin ada di dalam dunia yang berdosa dan kehidupan manusia yang tidak melakukan kehendak-Nya. Sebaliknya, jika manusia meninggalkan dosanya dan datang kepada Tuhan, maka selubung ketidaktahuan akan kemuliaan Tuhan itu akan disingkirkan dan mereka akhirnya dapat kembali menikmati kemuliaan Tuhan dalam kehidupan mereka. Keberdosaan manusia menjadi penghalang terbesar manusia dan dunia ini tidak lagi menceritakan kemuliaan Allah. Keberdosaan manusia membuat manusia dan dunia ini sibuk menceritakan keberhasilan, kemampuan, kehebatan, dan kemuliaan diri sendiri dan melupakan bahwa Allah sebagai penguasa tertinggi. Keberdosaan manusia membuat manusia ingin menjadi Allah yang dimuliakan dan ditinggikan dalam kehidupan ini.
Kristus Hadir di dalam Bumi untuk Menyaksikan Kemuliaan-Nya
Kehadiran Kristus di dalam bumi bukan hanya sekadar menyelamatkan manusia berdosa dan kemudian memberikan jaminan keselamatan dan kehidupan yang kekal kepada manusia yang percaya kepada-Nya. Lebih dalam lagi kita dapat melihat bahwa ketika Yesus Kristus hadir di dalam dunia ini, Ia sedang membawa dan menyaksikan kemuliaan Allah kepada dunia ini yang seharusnya melakukan itu juga. Ibrani 1:3 menyatakan dengan jelas bahwa Ia (Yesus Kristus) adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah yang penuh dengan kekuasaan dan keperkasaan. Yohanes 17:5 menyatakan bahwa Yesus Kristus memiliki kemuliaan dalam kekekalan dan Yesus Kristus dimuliakan sebagai Allah yang hadir ke dalam dunia ini. Di dalam Yesus Kristus, segala kemuliaan Allah dinyatakan kepada dunia ini dan Yesus Kristus hendak membawa manusia dan seluruh dunia ini kembali kepada cerita penciptaan awalnya yaitu untuk menyaksikan kemuliaan dari pencipta dan bukan menyaksikan kemuliaan diri sendiri.
Kemuliaan Allah dinyatakan melalui kehadiran Yesus Kristus ke dalam dunia dan kasih karunia Allah diberikan kepada manusia yang berdosa untuk kembali kepada Allah. Kemuliaan kasih karunia Allah bukan hanya berhubungan dengan kehinaan manusia yang berdosa, melainkan juga berhubungan dengan keindahan Yesus Kristus sendiri bagi manusia berdosa. Sehingga tidak heran, ketika Paulus menuliskan dalam surat Efesus bahwa di dalam Kristus, manusia akan menikmati kemuliaan Allah yang melampaui segala akal dan pikiran manusia. Di dalam Kristus, kemuliaan Allah menerangi kehidupan manusia untuk kembali menceritakan kisah Allah sebagai pencipta dari segala-galanya. ** HH