Bagikan artikel ini :

God’s Grace for The Broken Family (Anugerah Allah Untuk Keluarga Yang Berantakan)

Keluarga yang berantakan adalah sesuatu yang sangat tidak diinginkan terjadi oleh keluarga manapun di dunia ini. Ketika sepasang kekasih mengikat janji dalam pernikahan, mereka tentunya mempunyai impian dan komitmen untuk membangun keluarga yang harmonis, rukun, penuh kasih dan sukacita di dalamnya. Namun pada kenyataannya, banyak sekali kita dapati keluarga-keluarga yang berantakan (broken family). Kita sering mendengar kasus-kasus permasalahan dalam keluarga lewat media-media sosial seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, fatherless family, pertengkaran antara orang tua dan anak, adik dan kakak, mertua dan menantu, dan masih banyak lagi kasus-kasus yang terjadi dalam keluarga.

Apakah masalah keluarga ini terjadi hanya pada zaman sekarang? Rupanya kalau kita meneliti lebih lanjut, masalah keluarga itu sudah terjadi dari sejak manusia pertama ada di dunia. Kita tahu lewat Firman Tuhan, ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mereka saling menuduh dan lempar tanggung jawab. Belum lagi pembunuhan pertama terjadi di dunia ketika sang kakak, Kain, membunuh adiknya, Habel, karena masalah iri hati. Sejak dosa masuk ke dunia, maka masalah dalam keluarga pun tidak bisa dihindari. Alkitab mencatat begitu banyak masalah yang terjadi dalam keluarga termasuk dalam keluarga para tokoh-tokoh Alkitab seperti Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Lot, Musa, Daud, dan sebagainya.

Sebagai contoh mari kita melihat masalah dalam keluarga Ishak yang adalah ayah dari Yakub. Di dalam Kejadian 25:27-28 diceritakan, “Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.” Dari kasus di atas kita bisa melihat bahwa ada favoritisme di dalam keluarga Ishak, dimana sang ayah lebih mengasihi Esau, anaknya yang sulung, dibanding Yakub si bungsu. Tetapi sebaliknya, ibunya, yaitu Ribka, lebih mengasihi Yakub dibanding Esau anak sulungnya.

Kemudian kita juga melihat masalah klasik antara menantu dan mertua yang terjadi di dalam keluarga Yakub dimana kakak-kakak iparnya membuat kepedihan bagi ayah dan ibunya seperti yang dicatat dalam Kejadian 26:34-35, “Ketika Esau telah berumur empat puluh tahun, ia mengambil Yudit, anak Beeri orang Het, dan Basmat, anak Elon orang Het, menjadi isterinya. Kedua perempuan itu menimbulkan kepedihan hati bagi Ishak dan bagi Ribka.”

Puncaknya ialah Esau menaruh dendam dan ingin membunuh Yakub, adiknya, karena telah merebut hak kesulungannya lewat tipu dayanya. Dicatat di Kejadian 27:41-43, “Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah Yakub, adikku, akan kubunuh. Mengetahui niat jahatnya Esau, maka Ishak dan Ribka sebagai orang tuanya menasihati Yakub untuk lari dari kakaknya ke tempat pamannya yaitu Laban yang ada di tempat yang jauh yaitu di Padang Aram untuk menyembunyikan diri dari kemarahan Esau kakaknya yang hendak membunuhnya.”

Singkat cerita, di tempat persembunyiannya, di rumah pamannya yaitu Laban, Yakub memperoleh 4 orang istri yaitu Lea, Rahel, Zilpa (budaknya Lea), dan Bilha (budaknya Rahel). Namun Yakub lebih cinta kepada Rahel sehingga menimbulkan kesedihan di hati Lea, istrinya yang pertama yang juga adalah kakaknya Rahel seperti yang dicatat dalam Kejadian 29:30-35, “Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel dari pada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi. Ketika Tuhan melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul. Lea mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ruben, sebab katanya: ”Sesungguhnya Tuhan telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku.” Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: “Sesungguhnya, Tuhan telah mendengar, bahwa aku tidak dicintai, lalu diberikan-Nya pula anak ini kepadaku.” Maka ia menamai anak itu Simeon. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: “Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku, karena aku telah melahirkan tiga anak laki-laki baginya.” Itulah sebabnya ia menamai anak itu Lewi. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: “Sekali ini aku akan bersyukur kepada Tuhan.” Itulah sebabnya ia menamai anak itu Yehuda. Sesudah itu ia tidak melahirkan lagi.”

Dari ayat-ayat di atas kita bisa melihat kesedihan hati Lea, istri pertama Yakub yang kurang dicintai karena Yakub lebih cinta kepada Rahel, wanita idamannya. Di sini kita bisa melihat masalah favoritisme dalam keluarga Yakub, masalah hubungan antara suami dan istri.

Kemudian di dalam Kejadian 37, kita juga bisa melihat ada permasalahan hubungan antara adik dan kakak dari anak-anak Yakub. Masalah ini terjadi karena Yakub lebih sayang kepada Yusuf dibanding anak-anaknya yang lain karena Yusuf adalah anaknya yang dilahirkan dari Rahel, wanita yang dicintainya. Lagi-lagi ada masalah favoritisme dalam keluarga Yakub. Kejadian 37:2-4 mencatat, “Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun – jadi masih muda – biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya. Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.”

Kebencian dari kakak-kakaknya Yusuf akhirnya dilampiaskan dengan menjual Yusuf sebagai budak kepada pedagang yang akan berangkat ke Mesir dan akhirnya Yusuf dibeli sebagai budak yang bekerja untuk Potifar, kepala penjara di Mesir. Kisah ini bisa dibaca dalam Kejadian 37 dan 39.

Kalau kita pelajari dari kisah keluarga Yakub, favoritisme dalam keluarga memang berdampak sangat dahsyat bagi keharmonisan hubungan keluarga. Kita lihat bagaimana Esau bisa bermusuhan dengan adiknya, yakni Yakub. Demikian pula hal yang sama terjadi antara Yusuf dengan saudara-saudaranya yang sangat membencinya karena Yusuf lebih disayang oleh Yakub, ayah mereka. Ditambah sikap Yusuf yang sering melaporkan kelakuan-kelakuan saudara-saudaranya kepada ayahnya.

Di tengah berantakannya kondisi keluarga Yakub, Allah tidak tinggal diam. Oleh anugerah-Nya yang begitu besar, Allah melalui berbagai cara memulihkan keluarga Yakub. Allah memproses Yakub menjadi pribadi yang mengandalkan Tuhan ketika Allah izinkan Yakub melalui berbagai kesulitan hidup. Mulai dari ia harus lari dari hadapan Esau kakaknya yang hendak membunuhnya sampai ia ditipu oleh Laban, pamannya. Allah memproses Yakub dari seorang Yakub yang suka mengandalkan kekuatannya sendiri menjadi orang yang senantiasa mengandalkan Tuhan. Dulu ia adalah penipu sesuai arti namanya, namun Allah mengubah namanya menjadi Israel, yang artinya orang yang bergumul dengan Allah dan menang. Allah juga memulihkan hubungan Yakub dengan Esau, kakaknya sehingga mereka bisa kembali berdamai.

Demikian pula dengan Yusuf. Allah mengizinkan Yusuf melalui berbagai kesulitan hidup untuk mengeluarkannya dari zona nyamannya. Dari hidup yang nyaman sebagai anak kesayangan ayahnya, Yakub, hingga ia hidup sebagai budak di Mesir setelah dijual oleh kakak-kakaknya. Bahkan dari budak ia harus masuk penjara karena difitnah oleh istri Potifar majikannya. Di dalam kesulitan hidupnya, Allah membentuk dia menjadi pribadi yang lebih baik dan mengandalkan Tuhan dalam segala pergumulannya. Dan puncaknya, Allah meninggikan Yusuf hingga ia menjadi penguasa di Mesir setelah Firaun. Tetapi berkat terindah yang dari Tuhan adalah ketika ia boleh hidup berdamai kembali dengan kakak-kakaknya yang juga diproses oleh Tuhan karena mereka telah memperlakukan Yusuf dengan tidak baik. Ketika kakak-kakaknya ketakutan kalau-kalau Yusuf akan membalas dendamnya terhadap mereka setelah Yakub ayah mereka meninggal dunia, Yusuf mengeluarkan suatu perkataan yang indah dimana ia sadar bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya adalah campur tangan Tuhan untuk mendatangkan kebaikan bagi Israel seperti yang tercatat dalam Kejadian 50:20, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”

Ketika kita membawa setiap permasalah dalam keluarga kita ke hadapan Tuhan, Ia sanggup untuk mengubahkan keluarga kita dari keluarga yang berantakan (broken family) menjadi keluarga yang diberkati Tuhan (blessed family). Saya pernah mendengar suatu kesaksian dari seorang wanita asal Cina. Sebelum ia menjadi orang yang percaya kepada Yesus, hidupnya selalu dipenuhi pertengkaran dengan suaminya. Ia begitu posesif dan penuh curiga dengan suaminya. Mendapat perlakuan demikian, suaminya pun merasa tidak tahan. Akhirnya suaminya pun melampiaskan kekesalannya dengan bermain-main dengan wanita lain di tempat kerjanya. Tentu saja hal ini membuat pertengkaran menjadi makanan sehari-hari pasangan ini. Namun suatu hari, teman sang istri yang adalah seorang anak Tuhan, mengajak sang istri untuk menghadiri suatu persekutuan. Lewat Firman Tuhan yang diberitakan, sang istri dijamah Tuhan sehingga ia membuka hatinya untuk percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.  Semenjak itu, karakter hidupnya semakin diubahkan oleh Tuhan. Kalau dulu, ia akan selalu meladeni tantangan suaminya untuk bertengkar. Namun semenjak ia menjadi anak Tuhan, jika suaminya sengaja memancing pertengkaran, ia berlari ke kamar kecil, mengunci pintunya, lalu berlutut dan berdoa kepada Tuhan dengan mencucurkan air mata. Hal ini membuat suaminya heran. Suatu hari, Tuhan melembutkan hati suaminya sehingga ia mau mengantar istrinya pergi ke gereja. Niat awalnya hanya mengantar, namun karena keramahan penyambut jemaat yang melayani saat itu, ia pun dengan berat hati mau masuk dan ikut dalam persekutuan tersebut. Lewat Firman Tuhan yang dibagikan saat itu, Tuhan menjamah hati sang suami. Pada saat mereka pulang dan tiba di rumah, tiba-tiba sang suami minta kepada istrinya untuk diajari berdoa. Tentu saja sang istri kaget namun gembira juga melihat perubahan dalam suaminya. Akhirnya sang istri mengajak suaminya ke kamar kecil dan mereka berdua berlutut dan berdoa di sana. Di sanalah sang suami mengalami hadirat Tuhan yang mengubah hidupnya. Tuhan membukakan pikirannya untuk mengingat segala kesalahan yang ia lakukan terhadap istrinya. Dengan penuh air mata penyesalan, ia pun meminta maaf kepada istrinya dan hari itu Tuhan memulihkan hubungan mereka sehingga mereka boleh kembali merasakan kasih dan sukacita hidup sebagai pasangan yang diberkati Tuhan. Mereka berpindah dari keluarga yang berantakan menjadi keluarga yang diberkati karena anugerah Tuhan.

Jikalau keluarga kita saat ini sedang dalam keadaan berantakan, marilah dengan rendah hati kita datang kepada Tuhan, mohon pengampunan-Nya dan pertolongan-Nya untuk memulihkan keluarga kita. Di dalam keluarga yang berantakan, semua pribadi yang ada dalam keluarga tersebut ada andil dalam membuat kesalahan yang membuat keluarga menjadi berantakan. Oleh sebab itu rendahkan diri kita di hadapan Tuhan untuk mau dikoreksi oleh Tuhan dan bukan menyalahkan orang lain karena Allah membenci orang yang meninggikan diri tetapi Ia akan mengangkat orang yang merendahkan diri.

Jikalau kita merasa putus asa melihat keluarga kita yang berantakan dan menyalahkan diri sendiri, mari kita datang dengan hancur hati kepada Tuhan dan mohon pertolongan-Nya karena Firman Tuhan dalam Mazmur 34:19 berkata, “Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”

Tuhan Yesus pun pernah berkata dalam Matius 12:20, “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.”

Tuhan Yesus, tukang periuk yang handal, akan membentuk kembali periuk tanah liat yang rusak menjadi periuk lain yang lebih indah. Jadi janganlah putus asa tetapi tetaplah bersandar pada Tuhan untuk memulihkan keluarga kita dari yang berantakan (broken family) menjadi keluarga yang diberkati (blessed family) dan percayalah tidak ada yang mustahil bagi Tuhan kita. **MKF