Bagikan artikel ini :

Kebangkitan Kristus: kemenangan atau manipulasi terbesar ?

Seorang ahli teologia bernama Gary Habermas, di dalam buku terkenal berjudul “Evidence of God” pernah memberikan argumentasi sebagai berikut: “Ketika Perjanjian Baru mendefinisikan dan mengidentifikasi data Injil, paling sedikit ada 3 hal yang senantiasa disebutkan yaitu keilahian, kematian, dan kebangkitan Yesus.” Di antara ketiga hal tersebut, isu kebangkitan Kristus paling ramai diperdebatkan di sepanjang sejarah. Apakah Kristus benar-benar bangkit dan membawa kemenangan terbesar sepanjang sejarah ataukah kebangkitan Yesus hanya sebatas isu dan manipulasi yang terus disebarluaskan untuk membohongi orang-orang di seluruh dunia? Pertanyaan ini menjadi sangat penting bagi kita sebagai pengikut Kristus. Apakah selama ini kita memercayai iman Kristen yang benar melalui kebangkitan Kristus sebagai dasarnya atau kita sedang terperangkap dalam kebohongan terbesar sepanjang masa? Hanya ada satu jawaban benar di antara dua pilihan ini.

Bagi setiap orang Kristen, percaya akan kebangkitan Kristus sebagai kemenangan terbesar sepanjang sejarah merupakan hal yang biasanya diterima secara utuh. Namun bagi sebagian orang, kebangkitan Kristus harus didasari dengan bukti-bukti yang kuat untuk mengkonfirmasi iman Kristen yang dipahaminya. Karena itu, setidaknya ada pendekatan fakta minimalis yang menunjukkan kebangkitan Kristus, yaitu data-data yang memiliki dukungan kuat serta diterima oleh hampir semua pakar, bahkan yang skeptis atau menolak Yesus.

Beberapa fakta tersebut adalah:

Pertama, Yesus mati disalib. Secara lugas, Alkitab menceritakan kepada kita bahwa Yesus mati karena disalibkan. Mulai dari kitab-kitab Perjanjian Lama yang telah menubuatkan kematian-kebangkitan Yesus, hingga kitab-kitab Injil dan pribadi Yesus menceritakan proses kematian-Nya dengan cara disalibkan. Ketika proses penyaliban itu terjadi, banyak orang yang datang sebagai saksi mata dari kematian Yesus. Pada suatu bukit di luar Yerusalem, Yesus disalibkan di antara dua penjahat, dan Alkitab mencatat bahwa prajurit memastikan kematian Yesus dengan cara menikam lambung-Nya menggunakan tombak dan mengalir keluar darah dan air (Yoh. 19:34). Tidak hanya itu saja, sejarah sekuler atau non-Kristen juga menegaskan kematian Yesus dengan cara disalib, antara lain Josephus dan Tacitus, sejarawan terbesar dalam Romawi kuno.

Kedua, kuburan Yesus kosong. Pilatus telah memerintahkan supaya meterai resmi pemerintah Romawi dibubuhkan di kuburan Yesus dan menempatkan para penjaga di sekitarnya untuk memastikan tidak ada pencurian. Walaupun kubur Yesus dijaga dengan ketat oleh pemerintah, sehari setelah Sabat beberapa pengikut Yesus yang berangkat ke kubur-Nya terkejut karena menemukan kubur Yesus terbuka dan kosong. Mereka bermaksud untuk meminyaki tubuh Yesus, tetapi yang ditemukan oleh mereka justru hanya kain kafan Yesus pada tempat-Nya berbaring. Para pejabat Yahudi kemudian berusaha dengan segala cara memastikan bahwa pengikut-Nya telah mencuri mayat Yesus atau mencari-cari kesalahan lainnya. Padahal dengan sangat jelas, para saksi mata pada waktu itu memastikan bahwa kuburan Yesus memang terbuka, tidak ditemukan mayat Yesus, dan tidak ada manipulasi maupun halusinasi atas peristiwa tersebut.

Ketiga, para murid Yesus percaya bahwa Yesus bangkit dan menampakkan diri kepada mereka. Lukas 24:10-11 mencatat bagaimana para murid pada awalnya memang tidak percaya jika Kristus bangkit. Tetapi kemudian para murid menjadi percaya bahkan rela mati demi Kristus setelah Dia menampakkan diri berulang kali kepada mereka. Setelah peristiwa tersebut, iman para murid dikuatkan untuk bersaksi ke seluruh dunia bagi Kristus secara radikal. Bukan hanya mereka, ternyata ada banyak orang pula yang menyaksikan secara langsung bahwa Yesus bangkit dan menampakkan diri berulang-ulang selama empat puluh hari (bdk. 1 Kor. 15:5-8, Kis. 1:3). Hal itu pula yang mengubah kehidupan mereka secara luar biasa.

Keempat, Paulus sang penganiaya gereja tiba-tiba berubah . Bukan hanya para murid-Nya saja yang mengalami perubahan karena kebangkitan Kristus, tetapi Paulus yang tadinya terus-menerus menganiaya gereja dan secara terang-terangan anti-Kristus, secara luar biasa berbalik arah dan momen kebangkitan Kristus menjadi pembakar semangat untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia (bdk. Kis. 5:42). Bahkan, sejarah mencatat kehidupan para martir yang rela memberikan nyawanya hanya karena Injil, suatu keyakinan kokoh dan sentral yang mereka hidupi sehari-hari.

Kelima, Yakobus saudara Yesus yang tidak percaya tiba-tiba berubah menjadi percaya. Semasa kehidupan Yesus, keluarga besar-Nya tidak sepenuhnya percaya kepada Dia dan menganggap Dia hanya sebatas tukang kayu biasa, demikian pula dengan Yakobus, yang dinilai adala (Mat. 13:55, Mar. 3:21; 6:3-4). Tetapi kehidupan Yakobus yang skeptis berubah ketika Yesus menampakkan diri kepadanya (1 Kor. 15). Setelah peristiwa tersebut, Yakobus terus menggumulkan iman percayanya dan bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Sejarah mencatat bahwa Yakobus kemudian menjadi pemimpin gereja Yerusalem (Kis. 15:12-21) sampai mati secara martir.

Ketika Kristus bangkit, sejarah pun berubah dan transformasi besar-besaran terjadi. Gereja lahir dan bertumbuh secara luar biasa di seluruh dunia. Sesuai kebangkitan-Nya, hari Minggu menjadi hari dimana orang-orang percaya beribadah kepada Tuhan dan mengingat karya-Nya yang agung. Kemenangan besar telah terjadi sejak Kristus bangkit, dan peristiwa tersebut dibuktikan dalam ruang dan waktu atau sepanjang sejarah. Jelaslah bahwa kebangkitan bukan mitos, dongeng, atau manipulasi yang dirancang untuk membohongi orang-orang di seluruh dunia. Selaku pengikut Kristus, kebangkitan-Nya seharusnya membuat kita semakin percaya serta bertumbuh dalam iman dan pengharapan kepada-Nya karena adanya dasar yang kokoh. Kebangkitan Kristus telah menjadi jaminan keselamatan bagi orang percaya (Rm. 10:9) sekaligus dasar bagi kebangkitan orang-orang percaya (1 Kor. 15:20-21). Biarlah dalam momen paskah 2018 ini, kita dapat disegarkan dan dikuatkan oleh kemenangan Kristus, sehingga kita dapat teguh berdiri, tidak goyah, dan selalu giat dalam pekerjaan Tuhan.