Bagikan artikel ini :

Tuhan Yang Menyatakan Diri

Yehezkiel 1:3-28

Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.
- Matius 24:35

Salah satu kesaksian Kristen yang paling membuat saya tertarik ketika kecil adalah kesaksian orang yang bertemu Tuhan. Entah cerita orang tersebut diangkat Tuhan ke surga atau dibawa turun ke neraka atau pengalaman supranatural lainnya bersama Tuhan. Kala itu, cerita-cerita demikian selalu menarik buat saya. Namun, setelah masuk sekolah teologi saya baru tahu bahwa cerita-cerita seru tersebut justru yang paling rentan untuk menyesatkan. Cerita semacam itu jika tidak diperiksa kebenarannya dalam Alkitab akan sangat menyesatkan. Tuhan tidak dapat dan tidak boleh hanya dikenal melalui cerita ciptaan. Kesaksian yang benar tentang Sang Pencipta hanya dapat divalidasi oleh penyataan diri-Nya sendiri.

Pengalaman Nabi Yehezkiel mendapat penglihatan tentang Tuhan menunjukkan bahwa penyataan diri-Nya dalam Alkitab sungguh benar. Penglihatan yang Yehezkiel lihat menunjukkan keselarasan dengan beberapa gambaran tentang Tuhan yang juga dicatat di bagian lain Alkitab. “Makhluk-makhluk hidup” yang dicatat mirip dengan Serafim yang pernah dilihat oleh Yesaya, terutama untuk sayap yang menutupi tubuh mereka (ay. 11; bdk. Yes. 6:2). Demikian juga dengan bentuk yang “menyerupai manusia” dan “empat wajah” sama dengan penglihatan Rasul Yohanes di pulau Patmos (ay. 5, 10, 13; bdk. Why. 4:5-7). Setiap makhluk hidup itu merentangkan sayap dan saling menyinggung. Di atas mereka ada sesuatu yang menyerupai “cakrawala”. Kedua gambaran ini sejalan dengan struktur ruang Mahakudus di bait Allah Salomo dan struktur Tabut Perjanjian Musa (ay. 22-23; bdk. 1Raj. 6:26-27; Kel. 25:21-22).

Kesamaan dan kemiripan penglihatan tentang Tuhan dengan penulis lain di Alkitab bukanlah kebetulan, tetapi menunjukkan pernyataan diri Tuhan. Pernyataan yang jadi sumber utama untuk mengenal-Nya. Kita dapat melihat kesamaan struktur ruang Mahakudus dan Tabut Perjanjian dengan penglihatan tersebut karena Tuhan yang menyatakan diri-Nya kepada Musa (lih. Kel. 25:8-9). Kesamaan penglihatan antar penulis terjadi dengan jarak ribuan tahun, sebuah konfirmasi bahwa Tuhan tidak berubah dan sama.

Ketidak berubahan Tuhan yang sesuai dengan penyataan diri-Nya seharusnya membuat orang Kristen lebih menghargai Alkitab. Penghargaan kepada Alkitab bukan dengan menaruhnya dalam pigura terbaik dan dipajang, tetapi justru dengan membacanya setiap hari. Pembacaan yang dilakukan akan membuat kita lebih mengenal Tuhan yang pertama-tama mengenal dan mengasihi kita dalam segala keberdosaan kita.


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sudah membandingkan kesaksian-kesaksian orang lain dengan pernyataan diri Tuhan di dalam Alkitab?
  • Bagaimana penghargaan Anda terhadap Alkitab? Apakah Anda sudah membacanya secara rutin?