Bagikan artikel ini :

4P’S of Love (1): Love Is Painful

Kidung Agung 8:5

Sungguh, orang Israel hanya menimbulkan sakit-hati-Ku dengan perbuatan tangan mereka, demikianlah firman TUHAN.
- Yeremia 32:30

Saya tahu pikiran Anda. Setelah beberapa minggu membaca Kidung Agung (atau malah sudah sejak awal, hahaha...) Anda menjadi muak dan berkata, “Tapi cinta tidak seindah itu!” Raja Salomo memang menggambarkan sebuah hubungan suami-istri yang ideal dalam Kidung Adung. Namun, di ayat bacaaan ini, ia mengakui bahwa cinta itu menyakitkan.

Sepasang kekasih yang bermesraan di bawah pohon dibandingkan dengan ibu yang melahirkan anaknya. Nggak nyambung, kata orang. Salomo sebetulnya sedang membandingkan antara rasa sakit yang ditimbulkan cinta dengan rasa sakit saat melahirkan. Ia mungkin teringat sakit yang dialami istrinya ketika melihat dirinya yang hitam di antara gadis-gadis istana atau saat ia terpisah darinya, baik sebelum dan sesudah pernikahan mereka. Mungkin Salomo juga teringat ketika istrinya tidak memedulikannya malam itu, luar biasa sakit! Namun seperti kelahiran, cinta mendatangkan sukacita.

Ada perkataan: penderitaan adalah harga kehidupan (suffering is the price of being alive). Tidak juga. Anda bisa menghindari banyak penderitaan jika tidak mencintai siapa pun. Penderitaan adalah harga cinta. Anda tidak akan pernah merasakan kehilangan, dikecewakan, disakiti, dan harus bersabar menghadapi sesama orang berdosa. Bahkan mencintai sampai tahap menyerahkan diri adalah sesuatu yang penuh risiko dan air mata. Pribadi yang paling bisa mengerti penderitaan tentulah Tuhan Yesus Kristus. Dia yang tidak kekurangan apa pun memutuskan untuk menyerahkan diri-Nya karena cinta kasih-Nya kepada manusia berdosa. Saya pikir tidak ada satu pun hubungan cinta yang bebas penderitaan, kecuali hubungan dalam Allah Tritunggal (juga harus diingat, ketika Tuhan Yesus menanggung hukuman dosa dan ditinggalkan, ketiga Pribadi ini menderita karena cinta).

Ada sukacita menanti di balik penderitaan. Konflik, kesalahpahaman, kekecewaan, respons yang tidak diharapkan, kerinduan karena perpisahan–di balik setiap sakit yang dirasakan karena cinta Anda kepada orang di sisi Anda, selalu ada sukacita. Ini adalah sebuah ikatan yang layak diperjuangkan, tidak hanya sampai ke pelaminan, tetapi juga dipertahankan sampai ke alam maut.

Pernikahan adalah salib yang juga harus dipikul dan Anda memikulnya bersama-sama orang yang paling Anda kasihi.

Refleksi Diri:

  • Ingat kembali kisah Anda dengan pasangan. Apa hal yang paling menyakitkan Anda dalam hubungan tersebut?
  • Apakah hal tersebut masih mendatangkan rasa sakit sampai saat ini? Apakah sudah bisa diselesaikan atau memang ada harga yang harus dibayar dalam hubungan Anda?