Bagikan artikel ini :

Dipuaskan Melalui Kecukupan

Ibrani 13:5-6

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
- Ibrani 13:5a

Dalam perjalanan pelayanan pastoral, saya pernah bertemu orang kaya yang memiliki banyak aset rumah dan harta, tetapi setiap kali bertemu yang dibicarakannya hanyalah kekurangan ini kekurangan itu. Semua pembicaraannya bernada keluh kesah. Namun, saya juga bertemu orang sangat sederhana yang dari setiap pembicaraannya terlihat nada kepuasan dan sukacita meskipun dirinya tinggal di rumah kecil sederhana. Jangan salah paham, saya bukan membahas soal kaya dan miskin, melainkan tentang bagaimana seseorang merasa cukup dalam segala sesuatu yang dimilikinya. Sebuah kutipan dari George Eliot berbunyi: Orang yang puas tidak pernah merasa miskin, orang yang tidak puas tidak pernah merasa kaya. Jadi, apa sebenarnya yang membuat seseorang dapat benar-benar puas?

Firman hari ini memperingatkan: Janganlah kamu menjadi hamba uang! Kita seringkali menjadikan uang sebagai tujuan dan tuan dalam hidup. Kita melupakan tujuan utama manusia diciptakan Allah dan justru dibutakan oleh ketamakan. Ketamakan atau keserakahan—keinginan yang kuat akan hal-hal materi—sangat dikutuk di dalam Alkitab. Yesus berkata bahwa ketamakan muncul dari dalam hati dan menajiskan seseorang dan kita harus berhatihati terhadapnya (Mrk. 7:20-23; Luk 12:15b). Rasul Paulus menyejajarkan keserakahan dengan percabulan dan penyembahan berhala (Ef. 5:5; Kol. 3:5) yang menjauhkan seseorang dari Kerajaan Allah.

Bagaimana memiliki kepuasan sejati dan tidak lagi diperbudak uang? Kunci kepuasan adalah percaya pada pemeliharaan Allah bahwa Dia telah berjanji tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita. “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut.” (ay. 6a), inilah alasan agar kita selalu merasa dipuaskan. Paulus juga menasihati bahwa ibadah jika disertai dengan rasa cukup akan memberikan keuntungan besar (1Tim. 6:6). Manusia jauh lebih berharga daripada burung atau bunga yang dipelihara oleh Allah (Mat. 6:26-28) maka hidup kita pasti akan dipelihara dan dicukupkan oleh Allah.

Marilah belajar mencukupkan diri dalam segala hal. Cukupkan diri dengan uang yang Tuhan percayakan, pekerjaan yang Tuhan berikan, dan pasangan dalam pernikahan kita. Mencukupkan diri bukan berarti pasif tidak berbuat apa-apa, tetapi tetap giat berjuang dan bekerja sesuai dengan tujuan utama kita diciptakan, yaitu memuliakan Tuhan dan menikmati apa yang Dia percayakan kepada kita.


Refleksi Diri:

  • Bagaimana Anda memandang uang atau materi lainnya dalam hidup? Apakah Anda merasa selalu kurang?
  • Apa yang bisa dilakukan agar Anda selalu bisa bersyukur atas pemeliharaan Allah dalam hidup?