Hidup Bersyukur, Bukan Bersungut!
1 Tesalonika 5:16-22
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
- 1 Tesalonika 5:18
Seorang penjual roti menjajakan dagangannya di sudut jalan kota. Seorang pelari Kristen lewat dan memberikan Rp20.000,- kepadanya, tetapi tidak mengambil roti dagangannya. Pelari tersebut melakukan hal yang sama setiap hari selama satu bulan dengan tujuan untuk membagikan berita Injil Kristus. Suatu hari, saat pelari tersebut lewat,
sang penjual roti menghentikannya. Pelari tersebut bertanya, “Anda mungkin ingin tahu mengapa saya selalu memberi uang, tetapi tidak pernah mengambil roti kan?” “Oh, bukan itu” kata penjual roti, “saya hanya ingin memberi tahu bapak bahwa harga roti sekarang sudah naik menjadi Rp30.000,-.” Sebagai orang Kristen, kita pun sering memperlakukan Allah dengan sikap yang sama, bukan? Kita seringkali menuntut lebih dan lebih lagi, bukannya bersyukur atas semua berkat yang Tuhan sudah anugerahkan kepada kita.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika supaya dalam segala hal termasuk ketika dalam penganiayaan atau masa-masa sulit tetap bersukacita, berdoa tanpa henti dan senantiasa mengucap bersyukur (ay. 16-18). Jika kita berdoa tanpa henti maka tidak ada alasan untuk tidak bersyukur dan tidak berterima kasih kepada Tuhan. Sama seperti dalam segala hal kita menyatakan permintaan kita kepada Allah, demikian pula kita tidak boleh melewatkan ucapan syukur (Flp. 4:6). Alasan kita mengucap syukur ialah karena siapa Allah dan apa yang Dia lakukan untuk kita. Dia adalah Sang Pencipta yang layak menerima semua
pujian dan syukur dari kita. Dia juga sudah menganugerahi kita berkat baik materi maupun berkat rohani berupa pengampunan dan keselamatan, hidup kekal di surga melalui karya pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.
Sebagai orang yang percaya, berhentilah memperlakukan Allah dengan sikap yang sama seperti si penjual roti tersebut. Mari selalu berterima kasih atas apa yang telah Allah berikan. Berhentilah bersungut-sungut serta menuntut lebih dan lebih lagi berkat dari Allah, tetapi perbanyaklah pujian dan syukur kepada-Nya. Jangan merasa Allah berhutang untuk memberi kita kesehatan yang baik, hidup yang nyaman, dan berkat materi lainnya. Padahal Allah tidak pernah berhutang apa pun kepada kita, sebaliknya kitalah yang berhutang kepada-Nya karena Dia telah memberi kita segalanya.
Refleksi Diri:
- Bagaimana sikap Anda ketika mengalami berbagai cobaan, ujian, dan penderitaan? Apakah Anda lebih banyak bersyukur daripada bersungut?
- Apa yang Anda akan lakukan untuk mengembangkan sikap iman yang positif dan bersyukur senantiasa kepada Allah di dalam segala perkara?