Bagikan artikel ini :

Jebakan Bujuk Rayu

Pengkhotbah 7:23-29
Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.
- Amsal 31:30

Apa yang Anda, kaum ibu-ibu, pikirkan ketika membaca bagian ini? “Salomo kok merendahkan wanita sekali sih?! Masa’ perempuan lebih pahit daripada maut?! Apalagi di ayat 28, ia mengatakan bahwa di antara seribu laki-laki, setidaknya masih ada satu yang baik. Sementara di antara seribu perempuan, tidak ada seorang pun yang baik!”

Ya, memang di ayat ini Raja Salomo terdengar sangat mendiskriminasikan kaum hawa. Namun, Anda perlu mengerti bahwa inilah yang dialami Salomo. Akibat tujuh ratus istri dan tiga ratus gundiknya, ia jatuh ke dalam dosa besar, yakni penyembahan berhala. Penyembahan berhala menyebabkan Tuhan menghukumnya dengan membagi kerajaannya menjadi dua (1Raj. 11:1-13). Itulah sebabnya Salomo mengatakan bahwa di antara seribu perempuan, tidak ada satu pun yang ditemukannya baik. Semua menyeretnya jauh dari Tuhan!

Sun Tzu, seorang ahli strategi perang abad 6 SM di zaman Dinasti Zhou, Tiongkok, menulis tentang 36 strategi perang. Salah satu strateginya yakni měirénjì (美人計) atau Jebakan Bujuk Rayu. Intinya, kirim kepada musuh perempuan-perempuan cantik yang akan menyebabkan perselisihan. Di Alkitab, kita melihat hal ini terjadi pada Delilah kepada Simson, Izebel kepada Ahab, dan seribu wanita asing kepada Salomo. Demikianlah keberadaan seorang perempuan. Dengan tubuh yang secara umum lebih kecil dan lemah, ia tidak dapat memerangi laki-laki. Namun, perempuan dengan segenap pesonanya dapat menciptakan perang di antara laki-laki, seperti yang telah berkali-kali disaksikan sejarah.

Sebaliknya, perempuan juga dapat menjadi kekuatan terbesar laki-laki yang berada di sisinya. Itulah sebabnya ada istilah: Di balik seorang pria hebat adalah seorang wanita hebat. Lihat saja Martin Luther, sang Reformator Jerman. Istrinya, Katharina von Bora adalah homemaker yang pandai mencari uang sehingga Luther dapat fokus pada pelayanannya. Luther mengomentari kekayaan talenta istrinya, “Kepada istriku yang terkasih, Katharina von Bora, pengkhotbah, pembuat bir, tukang kebun, dan apa pun lainnya ia.”

Bapak-bapak, pandangilah istri Anda yang telah berjasa untuk Anda sampai saat ini. Ibu-ibu, pandangilah suami Anda. Apa jadinya ia hari ini dan di masa depan nanti, tergantung bagaimana Anda menjadi penolong di sisinya.

Refleksi Diri:

  • Sebagai suami, coba daftarkan kebaikan-kebaikan istri Anda sampai saat ini. Pernahkah Anda sungguh-sungguh berterima kasih dan mengapresiasi kehadirannya selama ini?
  • Sebagai istri, apakah Anda telah menjadi “penolong yang sepadan” kepada suami Anda? Mengapa ya atau tidak?