Bagikan artikel ini :

Manusia Ciptaan Baru

Efesus 4:20-24

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
- 2 Korintus 5:17

Sebelum bertobat, Augustinus hidup dalam dunia yang dipenuhi oleh hawa nafsu duniawi, jauh dari kebenaran dan kesucian yang sejati. Namun, melalui karya Roh Kudus yang memampukan pertobatan, Augustinus mengalami perubahan yang mendasar dalam dirinya. Ia meninggalkan pola hidup yang didominasi oleh dosa dan mengikuti jalan hidup yang dipimpin oleh kebenaran dan kesucian Kristus.

Rasul Paulus dalam Efesus 4:20-24 mengajarkan bahwa manusia baru, yang diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kesucian yang sejati, merupakan hasil dari transformasi rohani yang diberikan oleh Kristus. Setiap orang yang percaya kepada Kristus mengalami perubahan batiniah yang radikal. Mereka tidak lagi diidentifikasi sebagai manusia lama, tetapi telah bertransformasi menjadi ciptaan baru dalam Kristus. Hidupnya diubahkan oleh kuasa-Nya. Hal ini menekankan pentingnya perubahan hati dan pikiran yang sesuai dengan kehendak Allah (Rm. 12:2). Manusia baru dipanggil untuk meniru karakter Kristus, hidup dalam kesucian, kebenaran, dan kasih, serta menjauhi perilaku lama yang dipengaruhi oleh dosa.

Apa implikasi hidup manusia baru? Pertama, kesadaran akan identitas baru. Kita adalah milik Kristus dan mempunyai otoritas atas kuasa kegelapan. Kita mengidentifikasi diri kita sebagai bagian dari umat pilihan Allah, yang dipanggil untuk memancarkan kebenaran-Nya di tengah-tengah dunia yang penuh kegelapan. Hal ini membangkitkan kesadaran akan identitas kita yang baru dalam Kristus (1Ptr. 2:9; Kol. 3:9-10). Kedua, hidup dalam ketaatan dan kesucian. Kita akan mengutamakan hubungan ketaatan kepada Allah dan firman-Nya (Yoh. 14:15), serta berusaha menjauhi dosa dan menjaga hati yang suci (1Tes. 4:3-5). Ketiga, memberikan dampak positif dalam dunia dengan membawa terang Kristus dalam dunia yang gelap (Mat. 5:14-16). Kita akan tergerak melayani sesama dengan kasih dan belas kasihan (Ef. 4:32), serta mempraktikkan kasih yang tulus kepada sesama manusia, menolong mereka dalam kebutuhan mereka, dan memaafkan mereka sebagaimana Kristus telah mengampuni kita.

Jika melakukan ketiga hal di atas, kita akan memperlihatkan karakter Kristus kepada dunia. Sadarilah kita bukan saja mendapatkan identitas baru yang diberikan oleh Kristus, tetapi Dia juga menuntut perubahan perilaku dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga memancarkan terang Kristus dalam dunia yang gelap.


Refleksi Diri:

  • Bagaimana pemahaman Anda tentang identitas sebagai manusia baru dalam Kristus memengaruhi cara Anda memandang diri dan hidup?
  • Apa perubahan konkret dalam pikiran, sikap, dan perilaku Anda yang mencerminkan manusia baru? Apa yang ingin Anda lakukan untuk terus mengalami transformasi diri?