Bagikan artikel ini :

Tuhan Memerhatikan Yang Berduka

Lukas 7:11-17

Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”

- Lukas 7:13

Ketika Covid-19 sedang tinggi-tingginya di Indonesia, seorang sahabat saya kehilangan adik dan ayahnya hanya dalam jangka waktu empat hari. Sahabat saya ini sangat baik kerohaniannya, tetapi kedukaan itu begitu berat buat dirinya. Kehilangan orang yang dikasihi tidak akan pernah menjadi sesuatu yang mudah bagi siapa pun dan waktu bukanlah obat untuk menghapuskan rasa kehilangan. Sekalipun kita paham bahwa kematian adalah suatu kepastian dan semua orang akan menghadapinya, tetapi kematian seseorang yang kita kasihi tidaklah dapat diterima dengan mudah.

 Kesedihan yang mendalam juga pernah dirasakan seorang ibu di Nain. Ia seorang janda dan kehilangan putra tunggalnya yang terkasih. Sebagai janda, ia sudah pernah mengalami kedukaan yang menyesakkan sebelumnya saat pasangan hidupnya wafat. Namun, tenyata ia harus menghadapi kedukaan kedua ketika putra satu-satunya meninggal dunia. Ini pasti kehilangan yang besar dan kesedihan yang mendalam. Siapa orang yang bisa memahaminya?

 Di tengah iringan orang banyak yang menyertai rombongan kedukaan tersebut, T uhan Yesus melihat sang janda. Setelah menempuh perjalanan jauh dari Kapernaum dan di tengah kesibukan pelayanan-Nya, dikatakan pada ayat 13 bahwa Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan. Kata “belas kasihan” berasal dari kata yang berarti bagian perut yang dalam. Jadi, perasaan Yesus bukan sesuatu yang dibuat-buat, tetapi lahir dari hati yang begitu dalam, tulus, dan murni. Artinya, Yesus tidak pernah mati rasa terhadap kedukaan yang dialami sang janda. Seseorang yang sedang berduka tidak T uhan pandang sederhana dan main-main, Dia sungguh memerhatikan dan berbelas kasihan kepadanya.

 Yesus sendiri adalah anak tunggal Bapa yang menyerahkan diri-Nya mati di kayu salib, supaya orang-orang yang percaya kepada-Nya tidak berduka di dalam kekekalan, tetapi menikmati sukacita bersama-Nya. Tidak semua orang dapat memahami dan menghiburkan hati kita ketika berduka. Yakinlah bahwa saat kita kehilangan anggota keluarga, sahabat, pasangan hidup, guru, atau siapa pun orang yang kita kasihi, T uhan pasti memerhatikan kita. 

Dia mengasihi dan selalu siap menemani kita. Inilah yang dikatakan pemazmur “Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.” (Mzm.116:15), kematian anak-anak-Nya penting buat T uhan.

Refleksi Diri:

  • Mengapa Anda bisa mendapatkan penghiburan sejati di dalam T uhan Yesus saat sedang berduka?
  • Apa bukti Yesus memerhatikan Anda di saat berduka? Cobalah melihat kembali pengalaman penghiburan Anda di masa lalu.