Bagikan artikel ini :

Confidence = Dengan Iman

Ibrani 10:35-36

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.
- Ibrani 10:35

Sebelumnya, kita telah merenungkan mengenai “Dare to Accomplish” (Berani Mencapai) pada ayat 36. Arahan dan janji Tuhan tersebut sebetulnya diawali dengan ayat 35 yang memerintahkan kita untuk tidak melepaskan kepercayaan. Apa maksudnya? Apakah artinya larangan untuk pindah agama? Atau tetap ber-KTP Kristen, serta pergi ke gereja setiap minggunya dan menjalankan kewajiban-kewajiban agamawi kita?

Jika kita bandingkan beberapa versi terjemahan bahasa Inggris, kata yang digunakan untuk “kepercayaan” adalah confidence, sebuah kata yang pada umumnya diterjemahkan
sebagai percaya diri. Mungkin Anda mengernyitkan dahi. Kepercayaan diri? Kita sebagai orang Kristen anti dengan kata tersebut. Kesannya seperti mengandalkan diri sendiri, kesombongan, bahkan narsisme. “Percaya diri itu untuk orang ateis yang tidak bertuhan! Kalau aku, aku bukan percaya kepada diri, tapi percaya kepada Tuhan!” kita berujar.

Saya pernah mendengar hal ini terucap dari mulut seorang ateis dalam perdebatan melawan seorang Kristen. Ia mengatakan, “Aku tidak perlu iman (faith) untuk hidup, karena
aku punya percaya diri (confidence).” Apa jawaban orang Kristen tersebut? “Anda tahu apa arti confidence? Ini berasal dari bahasa Latin, yakni confide. Con berarti dengan, dan fide berarti iman. Anda tetap perlu iman untuk hidup, entah iman kepada siapa pun.”

Itulah makna “kepercayaan” yang dimaksud pada ayat 35. Confidence dalam bahasa Inggris atau confide dalam Vulgata, Alkitab terjemahan bahasa Latin, yang artinya dengan iman. Dengan iman kita percaya bahwa kita bisa melakukan kehendak Allah dan memperoleh apa yang dijanjikan-Nya. Itu bisa kita lakukan bukan karena kehebatan diri kita, melainkan oleh karena kita beriman kepada Tuhan.

Di tahun yang baru ini, ada berbagai hal yang ingin Anda lakukan, berbagai target yang ingin dicapai, dan berbagai tujuan yang ingin ditempuh. Di saat yang sama, ada banyak
kekhawatiran dan ketakutan Anda alami. Ada perasaan apatis dan pesimis terhadap tahun 2025 yang serba tidak menentu. Jika mengandalkan diri kita, sudah selayaknya kita menjadi apatis dan pesimis sebab kita hanyalah manusia yang lemah dan terbatas. Hendaklah kepercayaan kita bukan kepada diri kita sendiri, melainkan kepada Tuhan Yesus, Allah yang kuasa-Nya tak terbatas yang senantiasa beserta kita.


Refleksi Diri:

  • Apa target yang hendak Anda capai di tahun 2025, baik dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan atau pelayanan?
  • Bagaimana kepercayaan dan iman Anda kepada Tuhan Yesus membantu Anda mencapai target tersebut?