Kita Bersaudara!
Efesus 2:17-22
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
- Efesus 2:19
Sebuah lagu sekolah minggu populer berbunyi: Dalam Yesus kita bersaudara. Dalam Yesus kita bersaudara. Dalam Yesus kita bersaudara, sekarang dan selamanya. Dalam Yesus kita bersaudara.
Sungguh lagu yang indah karena mencerminkan identitas kita sebagai satu keluarga di dalam Yesus. Namun, apakah betul kehidupan sebagai saudara benar-benar terjadi di dalam gereja? Ternyata tidak selalu demikian. Masih sering didapati relasi antar jemaat seperti orang yang asing, tidak saling mengenal satu sama lain. Bahkan terkadang terjadi pemisahan antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Muncul ekslusifitas, merasa kelompok, ras, pekerjaan atau tingkat pendidikan tertentu, lebih tinggi statusnya dari yang lain.
Akibatnya, bukan persatuan yang terbentuk, melainkan perpecahan di dalam gereja. Firman Tuhan hari ini menjelaskan bahwa memang awalnya keselamatan diberikan melalui bangsa Yahudi, tetapi kemudian keselamatan juga diberikan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Kasih karunia Allah merangkul semua perbedaan dan kekurangan sehingga relasi yang terjalin bukanlah relasi dangkal, melainkan sebuah relasi yang berakar di dalam Kristus. Relasi sebagai satu keluarga Allah.
Tanpa Kristus, relasi di antara manusia akan selalu terjebak dengan berbagai kepentingan yang sifatnya transaksional. Namun, di dalam Kristus setiap kita berelasi dengan kesetaraan dan kesamaan di hadapan Allah. Kita semua sama-sama berdosa dan sama-sama mendapatkan kasih karunia dari Allah. Bukan berdasarkan apa yang kita miliki atau kita lakukan, tetapi hanya oleh anugerah-Nya semata.
Kesadaran diri akan siapa kita akan menolong bagaimana kita bersikap dan melihat sesama. Kita tidak akan pernah berani untuk menyombongkan diri di hadapan orang lain atau merendahkan orang lain. Kesadaran diri bahwa setiap kita mendapatkan kasih karunia-Nya yang menyelamatkan dan mempersatukan, akan mendorong kita untuk melihat orang lain sebagai seorang saudara.
Sebagai sebuah keluarga—meski bukan secara biologis, tetapi keluarga di dalam Allah— kita perlu untuk saling mengasihi, memperhatikan dan memedulikan. Hendaklah kita saling menolong ketika ada yang membutuhkannya. Sebagai saudara, kita harus saling menjaga dan merawat. Jika salah satu anggota keluarga sakit maka anggota yang lain turut merasakannya. Dalam Yesus, kita bersaudara.
Refleksi Diri:
- Bagaimana kondisi jemaat di lokasi Anda? Apakah seperti sebuah keluarga atau orang asing?
- Apa langkah yang bisa Anda ambil dalam mengenal lebih banyak jemaat di gereja sebagai saudara di dalam Tuhan?