Jadilah Kuat dan Berani
Yosua 1:1-9
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.”
- Yosua 1:9
Kehilangan seseorang yang sangat dekat dan berpengaruh dalam hidup bukanlah hal yang mudah. Perasaan sedih, duka yang mendalam, tidak ada semangat, pasti kita rasakan. Apalagi orang tersebut hidup telah bersama-sama dengan kita dalam kurun waktu yang panjang. Ada banyak pengalaman dan kenangan indah yang sulit untuk
dilupakan.
Hal yang sama dialami oleh bangsa Israel ketika Musa mati. Alkitab mencatat bahwa bangsa Israel menangisi Musa selama tiga puluh hari di dataran Moab (Ul. 34:8). Mengapa?
Musa merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di dalam kehidupan bangsa Israel selama empat puluh tahun. Musa menjadi pemimpin bangsa Israel yang paling dihormati dan
dikagumi oleh mereka. Ia menjadi perantara antara Allah dengan bangsa Israel.
Di tengah situasi ini Allah memilih Yosua untuk menggantikan Musa. Di tengah kesedihan, Yosua harus percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang berkuasa dan berdaulat. Dia
mampu mengendalikan sejarah dunia. Untuk meyakinkan Yosua, Allah berkata, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu.” Mengapa? Karena ke depan Yosua akan diperhadapkan dengan tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah. Yosua harus membawa bangsa Isreal menyeberangi sungai Yordan yang sangat deras aliran airnya. Ia juga harus memimpin bangsa yang disebut Tuhan sebagai bangsa yang tegar tengkuk (Kel. 33:5). Selain itu, Yosua juga harus berhadapan dengan bangsa-bangsa di Kanaan, yang secara postur lebih besar dan lebih kuat dari bangsa Israel. Itulah sebabnya sampai tiga kali Allah berkata, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu.” (Yos. 1:6, 7, 9). Kalimat ini dalam terjemahan lain berbunyi, “Jadilah kuat dan berani.” Allah bukan saja memimpin Yosua sebagai pemimpin bangsa, tetapi Dia juga menguatkan dan meneguhkan panggilan-Nya terhadap Yosua.
Seseorang bisa kuat, tetapi belum tentu memiliki keberanian. Sebaliknya, seseorang bisa saja berani, tetapi belum tentu memiliki kekuatan. Bersyukur Tuhan sangat mengenal
setiap kita termasuk kemahan-kelemahan kita dan Dia siap menolong kita dengan memberikan keberanian dan kekuatan. Di tengah rasa kehilangan atau ditinggalkan sendiri, percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus Sang sumber kekuatan dan keberanian kita yang selalu menemani perjalanan hidup kita.
Refleksi Diri:
- Siapa yang selama ini menjadi sumber kekuatan Anda saat menghadapi kehilangan atau kesendirian?
- Apa yang membuat Anda berani melangkah di tengah kehilangan tersebut?