Bagikan artikel ini :

Suara Penolakan

Lukas 19:28-40

Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu.”
- Lukas 19:39

Renungan kemarin membahas suara ketidakmengertian. Sekarang kita akan membahas suara lainnya yang muncul saat Tuhan Yesus dielu-elukan. Anda mungkin bisa menerkanya. Iya, suara orang Farisi. Orang Farisi mengeluarkan suaranya saat melihat orang-orang memuji Yesus, “Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu.” Mereka merasa para murid salah mengalamatkan pujian kepada Yesus dengan cara demikian. Orang-orang Farisi seringkali muncul di sekitar Yesus. Mereka pernah menyaksikan Yesus membuat mukjizat-mukjizat, sering mendengar pengajaran-Nya, tetapi tidak pernah sekalipun memuji-Nya.

Orang Farisi tidak senang ketika orang-orang memuji Tuhan Yesus. Mereka malah menyuruh Yesus untuk mendiamkan orang banyak. Di mata mereka, Yesus bukanlah sosok Mesias yang seharusnya. Apa yang dilakukan Yesus tidak pernah cukup bagi mereka untuk membuktikan bahwa Dia adalah Mesias. Karena itu, saat murid-murid bersorak Yesus adalah Raja, kuping mereka panas, hati mereka dengki. Mereka berbicara kepada rekan-rekannya demikian, “Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia.” (Yoh. 12:19). Dari percakapan ini, mereka tidak terima kalau orang-orang mengikuti Yesus. Buat mereka, Yesus tidak seharusnya menjadi pusat penyembahan. Mereka merasa terganggu dan terusik. Orang-orang Farisi adalah orang yang suka pencitraaan. Mereka melakukan kewajiban agamawi supaya mendapatkan pujian dari orang lain.

Saya percaya di antara kita tidak ada yang sampai menghalangi orang-orang untuk memuji dan menyembah Tuhan. Namun, pertanyaan mendasar untuk direnungkan: Siapakah raja di dalam hidup Anda sebenarnya? Siapakah yang menduduki takhta hati Anda? Siapakah yang paling dirindukan untuk Anda puji dan puja? Diri kita atau Tuhan Yesus? Mungkin jawabannya bisa membuat Anda merasa terganggu dan tidak tenang. Mungkin Anda juga haus pujian, bahkan ketika melayani Tuhan, menunggu-nunggu suara, “Pelayananmu luar biasa! Pelayananmu sangat memberkati.”

Saya pernah bertemu orang yang memulai kesaksian dengan atas nama Tuhan, tetapi selebihnya atas nama diri tentang kehebatan dan pencapaiannya. Jangan lupa, raja sesungguhnya adalah Tuhan Yesus, bukanlah diri kita. Kita seharusnya menjadi refleksi dari Yesus, bukan rival-Nya. Hanya Yesus satu-satunya yang patut disembah dan dipuji-puji. Bawalah seluruh hidup Anda menjadi refleksi betapa hebat dan berkuasanya Yesus yang telah menyelamatkan hidup Anda.


Refleksi Diri:

  • Apakah ada hati yang merindukan banyak pujian atas apa yang Anda lakukan? Jika ada, segera bertobat dan berbalik kepada Tuhan.
  • Bagaimana Anda akan merespons setelah membaca renungan ini, jika ada orang yang memuji Anda?