Bagikan artikel ini :

Letting Go

Pengkhotbah 3:1-2

… tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.
- Lukas 22:42b

Pernahkah Anda mendengar perumpamaan: cinta itu seperti pasir? Makin digenggam, pasir akan jatuh dari kepalan tangan kita. Demikian pula cinta, makin berusaha dikontrol, makin cinta lari dari kita.

Perumpamaan ini tidak hanya berlaku untuk cinta, tetapi dalam banyak hal di dunia yang di luar kontrol kita. Ayat bacaan hari ini menggambarkan realita ketidakberdayaan kita mengendalikan apa yang terjadi pada kita. Kesalahan yang sering terjadi adalah menafsirkan kata-kata Raja Salomo secara tidak tepat. Salomo pada bagian ini sedang memaparkan fakta, bukan perintah. Di tujuh ayat sesudahnya, Salomo memberikan empat belas pasang kata kerja yang berlawanan, contohnya menangis-tertawa, mengasihi-membenci, dst. Pasangan kata-kata ini sekali lagi tidak boleh ditafsirkan sebagai perintah, melainkan sebuah pernyataan fakta.

Ambil contoh pasangan kata kerja pertama: hidup dan mati. Ini jelas fakta, bukan perintah. Bagaimana mungkin kita diperintahkan untuk hidup atau mati? Hidup atau mati berada di dalam kontrol Tuhan, bukan kita. Demikian pula dengan pasangan kedua: menanam dan mencabut. Kedua kata ini sebenarnya bernuansa kerajaan. Jadi, Salomo sedang mengatakan ada waktunya Tuhan mendirikan sebuah kerajaan dan ada waktunya Tuhan mencabut kerajaan tersebut. Ini yang Salomo saksikan di dalam hidupnya, bukan? Hanya oleh anugerah Tuhan saja dinasti Daud dapat ditegakkan. Kini, Tuhan akan mencabut kekuasaan Daud dari sepuluh suku Israel dan mendirikan dinasti Yerobeam. Apa pun yang Salomo lakukan, tidak akan dapat mencegah kehendak Tuhan untuk membelah kerajaannya.

Jadi, apa yang harus kita lakukan? Tuhan Yesus memberikan teladan kepada kita, yakni mengatakan, “Kehendak-Mulah yang terjadi.” C.S. Lewis pernah mengatakan, “Pada akhirnya, hanya ada dua macam manusia: mereka yang mengatakan kepada Allah, ‘kehendak-Mulah yang terjadi’, dan mereka yang kepada Allah berkata, ‘Kehendakmulah yang terjadi.’” Tipe manusia kedua adalah mereka yang memilih untuk menolak Allah selama-lamanya, dengan kata lain, neraka.

Seorang rekan pernah mengatakan kepada saya bahwa hidup ini bukan tentang mendapatkan, tetapi tentang melepaskan (letting go). Apa hal paling mendasar yang perlu kita lepaskan? Tidak lain dan tidak bukan adalah kontrol atas hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan.

Refleksi Diri:

  • Apa saja hal-hal di kehidupan yang Anda rasa paling perlu untuk dikontrol? Masa depan? Pasangan atau anak-anak? Bisnis? Pelayanan Anda?
  • Apa langkah praktis yang dapat Anda lakukan untuk menyerahkan kontrol tersebut kepada Tuhan?