Bagikan artikel ini :

Neraka Di Dunia

Pengkhotbah 2:22-23; 5:9-13

Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
- 1 Timotius 6:10

Seorang apologet pernah menjelaskan tentang neraka seperti ini kepada saya: Bayangkan seorang pencuri yang tidak pernah puas dengan hasil curiannya sehingga ia mencuri makin banyak. Namun, makin banyak yang dicuri, makin ia hidup paranoid dalam ketakutan bahwa hasil curiannya akan dicuri orang lain. Jadi, ia terus mencuri. Makin mencuri, makin tidak tenteram hidupnya. Itulah neraka, beliau menjelaskan. Tempat dimana dosa, kejahatan, dan perasaan bersalah terus berlangsung sepanjang kekekalan, tanpa ada kesenangan. Setidaknya pencuri di dunia masih dapat merasakan kesenangan atas hasil curiannya.

Pada dua ayat perikop awal yang kita baca, Salomo memberikan gambaran yang sama: orang yang memiliki banyak, tetapi tidak puas dan selalu merasa tidak tenteram. Jika ini dampak negatif dari uang, lantas apa gunanya mengumpulkan harta? Sia-sia!

Sebenarnya, bukan uang itu sendiri yang menyebabkan ketidaktenteraman dan ketidakpuasan, melainkan mencintai kekayaan (Pkh. 5:9). Ini seiring dengan perkataan Paulus kepada Timotius pada ayat emas di atas. Kecintaan seseorang pada uang dan keinginan untuk memburunya, itulah yang menjadi sumber permasalahannya. Kita harus memiliki hubungan yang sehat dengan uang. Kita tentu tidak perlu menghindari uang, sama seperti kita tidak perlu menghindari makanan enak, media sosial, dan teknologi, games, dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, biarlah kita menjadi tuan, bukan budak dari uang.

Jadi, bagaimana cara supaya kita tidak diperhamba uang? Solusi yang diberikan Salomo adalah yang diulang hingga enam kali di seluruh kitab Pengkhotbah (2:24; 3:12-13; 3:22; 5:18- 19; 8:15; 9:7-9), yakni “makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya”. Uang itu baik hanya jika digunakan. Jika hanya selembar kertas saja, tidak ada gunanya selain untuk dipandangi pemiliknya saja (Pkh. 5:10).

Hendaklah kita berhemat dan berhikmat dalam menggunakan uang. Jangan pula kita begitu menyayangkan uang hingga tidak pernah menikmatinya. Uang adalah bentuk kasih Tuhan kepada Anda, tetapi juga bisa mendatangkan neraka di dunia.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda cenderung boros atau irit dalam menggunakan uang? Bagaimana Anda menemukan keseimbangan antara keduanya?
  • Apakah Anda pernah berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus untuk bertanya apa yang Dia kehendaki dengan uang Anda?