Bagikan artikel ini :

Kata Terburuk

Artikel ini diambil dari satu bagian buku yang ditulis oleh DR. Rick Cornish, 5 Menit Teologi (Bandung: Pionir Jaya, 2007).

Di dalam bahasa apa pun, kata terburuk yang tidak populer adalah “dosa” – bukan kata itu sendiri melainkan artinya. Apakah benar bahwa hati manusia sungguh-sungguh sakit secara rohani, menyimpang pada kejahatan, berkarakter lebih mengarah pada kesalahan, dan berkecenderungan salah? Jawabannya bergantung kepada siapa kita bertanya dan bagaimana kita mendefinisikan kata itu.

Berdasarkan Alkitab, dosa itu nyata – tidak ada yang lebih nyata daripada dosa. Dosa umat manusia dan rencana keselamatan Allah merupakan benang merah dari kisah-kisah alkitabiah. Kebanyakan sejarah manusia yang non-alkitabiah, mencatat kenyataan dosa dan konsekuensinya. Kita semua mengamati kehadiran dosa karena setiap hari kita berkecimpung di dalam air itu. Sebagaimana yang ditulis Paulus, kita semua “telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Kita mencoba menolaknya atau mendefinisikannya kembali, tetapi kita tidak dapat menghindari hasilnya yang buruk dan menakutkan. Dosa dapat dilakukan dalam bentuk individu, seperti pembunuhan, atau berbentuk rasisme sosial, yang seperti tidak terelakkan.

Sepanjang sejarah kita, telah banyak yang mendefinisikan dosa dari sudut pandang non-alkitabiah. Beberapa orang menyatakan dosa hanyalah suatu ilusi, atau mereka sebut ketidakpedulian, kelemahan, atau dimasukkan ke dalam kelompok gejala psikologis, kesalahan sosial, perampasan, atau perasaan rendah diri. Daftar definisi yang dibuat manusia terus bertambah. Tetapi Alkitab, menurut terminologi yang paling sederhana, menyebut dosa sebagai pelanggaran: “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah” (1 Yohanes 3:4). Yang dipertanyakan hukum adalah karakter Allah, maka segala sesuatu berdosa jikalau tidak konsisten dengan karakter Allah.

Akar pandangan alkitabiah mengenai ide dosa adalah penyimpangan dari karakter Allah atau hukum moral yang berasal daripadanya. Penyimpangan mendorong dirinya bertingkah laku dan berbuat semacam itu, seperti tampak di dalam ajaran Yesus bahwa perbuatan dosa berasal dari dalam: “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat” (Matius 15:19). Jadi, keterpisahan kita dari Allah lebih dalam daripada perilaku yang tampak luar, lebih besar daripada beberapa kebiasaan, yang pada sebagian orang diperoleh dengan sangat menjijikan.

Dari manakah asal-usul dosa? Dosa tidak diperkenalkan oleh Allah, melainkan oleh malaikat, dan kemudian umat manusia, tatkala keduanya memilih untuk melawan Allah. Dosa pertama adalah keinginan Lucifer (Setan) untuk independen dari Allah. Malaikat-malaikat lain bergabung melawan Pencipta-Nya. Menurut Paulus, “dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang” (Roma 5:12). Ketika Setan menipu Hawa, dan ia melanggar larangan Allah di dalam taman, disusul kemudian oleh Adam yang dengan sadar mengikuti pemberontakan Hawa. Jadi, kita semua menjadi berdosa melalui hubungan kita dengan Adam.

Efek meluas dari dosa adalah suatu kondisi keterpisahan dari Allah, yang secara spesifik mengakibatkan perbudakan dosa, kesalahan, kematian, dan neraka. Manusia tidak berdaya untuk menghilangkan dilema ini, tetapi Allah menyediakan pembebasan di dalam Yesus Kristus. Ketika Ia mati di kayu salib, Ia menanggung hukuman karena dosa kita sebagai konsekuensi kebenaran dan keadilan Allah. Kemudian, laki-laki dan perempuan berdosa diampuni dari hukuman dan dibebaskan dari kuasa dosa melalui penerimaan karya Yesus untuk kita dengan iman. Jika Anda belum pernah menghadap kepada-Nya untuk menerima pengampunan dan pembebasan, tidak ada waktu lain yang lebih baik daripada sekarang. Hanya dalam iman, dengan jalan berdoa mengakui dosa kepada Allah bahwa Anda telah berdosa, dan menyatakan kepada-Nya bahwa Anda percaya Kristus telah mati menggantikan Anda untuk menebus hukuman dosa-dosa Anda. Perkataannya tidak terlalu penting, tetapi yang terpenting adalah sungguh-sungguh mempercayai pemeliharan Kristus.