Bagikan artikel ini :

Bijak Menyikapi Penderitaan

Ayub 1:1-22

Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”.
- Ayub 1:20-21

Seringkali kita mendengar orang Kristen saat menghadapi penderitaan bertanyatanya, “Jika Allah Mahabaik, mengapa Dia membiarkan saya menderita? Jika Dia Mahakuasa, mengapa tidak sanggup menolong saya bebas dari penderitaan?” Ada orang berpikir, penderitaan selalu identik dengan hukuman Allah terhadap dosa. Ada juga yang berpendapat, “Penderitaan hanyalah ujian Allah untuk melatih iman orang percaya.” Bagaimana dengan Ayub?

Ayub adalah seorang saleh dan jujur, serta takut akan Allah dan menjauhi kejahatan, tetapi kesalehan tidak menjamin hidupnya lancar, tanpa penderitaan. Justru dalam kesalehannya, Ayub mengalami penderitaan. Semua hartanya habis dirampok, sepuluh anaknya meninggal dunia, dan tubuhnya sendiri ditimpa penyakit kulit. Merespons penderitaan Ayub, ketiga sahabatnya (Elifas, Bildad, dan Zofar) datang dengan maksud
menghibur, tetapi justru menghakiminya dengan tuduhan Ayub telah berbuat dosa. Namun, Allah menegur mereka karena telah menuduh Ayub berbuat dosa (Ayb. 42:7). Dalam pergumulan, Ayub akhirnya mendapat jawaban bahwa penderitaan yang dialaminya bukan karena Allah tidak Mahabaik dan Mahakuasa, juga bukan karena dosa, melainkan karena Allah mengizinkannya terjadi sebagai ujian iman.

Terkadang Allah menggunakan penderitaan sebagai sarana pembelajaran agar kita selalu memercayai dan mengandalkan Dia (Ayb. 38-41; 42:3). Hal serupa ditegaskan R.C. Sproul, “Pada akhirnya, satu-satunya jawaban yang Allah berikan kepada Ayub adalah pewahyuan tentang diri-Nya sendiri. Ayub tidak diminta untuk memercayai sebuah rencana, tetapi ia diminta untuk memercayai seorang Pribadi, yaitu Allah yang berdaulat, bijaksana, dan baik.”

Jadi, ketika mengalami penderitaan jangan cepat-cepat buat kesimpulan bahwa Allah tidak Mahabaik dan tidak Mahakuasa atau karena akibat perbuatan dosa. Mari mengevaluasi diri, jika memang karena kesalahan sendiri yang menyebabkan penderitaan, bertobatlah. Namun, jika karena ujian Tuhan, bersyukurlah dan tetap tabah dalam iman untuk menjalani ujian tersebut. Karena segala sesuatu yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup kita hanyalah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Rm. 8:28).


Refleksi Diri:

  • Bagaimana respons Anda ketika mengalami penderitaan? Apakah membuat Anda makin bertumbuh dalam pengenalan Tuhan atau justru semakin menjauh dari-Nya?
  • Apa yang akan Anda lakukan untuk memahami penderitaan dari perspektif Allah seperti yang dilakukan Ayub?