Bagikan artikel ini :

Bijak Menyikapi Teguran

1 Samuel 2:22-36

Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang sama keduanya akan mati.
- 1 Samuel 2:34

Beberapa kali saya menyaksikan orangtua yang terlalu membela anak-anaknya. Ketika sang anak berkelahi dengan anak sebayanya, orangtua langsung membenarkan anaknya dan memarahi anak orang lain, tanpa berusaha memahami permasalahannya. Ketika ada orang lain menegur kesalahan anaknya, sebagian orangtua malah tidak terima dan membela anaknya. Jika pola asuh demikian terus dilakukan maka saat dewasa, sang anak tidak akan belajar untuk bertanggung jawab. Ia juga cenderung tidak menghargai orang lain dan Tuhan.

Imam Eli juga salah dalam membesarkan kedua putranya, Hofni dan Pinehas. Ia terlalu mengasihi anak-anaknya, tetapi dengan cara yang salah. Pertama, Eli membiarkan anakanaknya tidak menghormati Allah (ay. 22-25). Ia memang menegur mereka, tapi tidak mengambil tindakan konkrit untuk mendisiplin dan memperbaiki kesalahan mereka. Kedua, ia sendiri ikut menikmati hasil kejahatan yang anak-anaknya lakukan (ay. 29). Akibatnya, kedua anaknya bertumbuh tanpa mengerti kebenaran, tidak menghormati Tuhan dan sesama. Mereka hidup hanya demi kesenangan sendiri bukan kepentingan orang lain, padahal mereka adalah imam-imam Tuhan yang bertugas mempersembahkan korban dan menjadi perantara umat Israel dengan Allah.

Allah lalu mengutus seorang nabi untuk menyampaikan berita penghukuman sebab Eli menghormati anak-anaknya lebih daripada Tuhan. Keluarga Eli tidak lagi diperkenan Tuhan untuk melayani di mezbah, bahkan kedua putranya itu akan mati di hari yang sama (ay. 30-36). Inilah contoh kegagalan seorang ayah sebagai kepala keluarga dalam mendidik anak-anaknya. Mereka menyalahgunakan anugerah Tuhan. Akibatnya, Tuhan memberikan hukuman yang begitu keras karena kejatuhan pemimpin akan berdampak besar bagi pelayanan keimaman bangsa Israel.

Tuhan bisa memakai orang-orang di sekeliling kita, yaitu teman, rekan kerja, hambahamba Tuhan atau siapa saja untuk menegur kita dalam hal mendidik anak. Melalui mereka, Allah ingin kita bertobat dan kembali menaati-Nya. Sebaliknya, jika kita mengabaikan teguran tersebut maka bersiaplah untuk menerima disiplin dan hukuman Tuhan. Belajarlah dari keluarga Eli. Jadilah orangtua yang mendidik dalam terang firman Tuhan dan mendisiplin anak dalam kasih Kristus.


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda bersedia memperhatikan dan menerima teguran Tuhan dari siapa pun yang mengingatkan Anda?
  • Bagaimana komitmen Anda dalam mendidik dan mendisiplin anak seturut firman Tuhan?